Menelusuri Jejak Polisi Belanda di Tanah Papua
Kapita Selekta Perkembangan Jumlah Personel dan Kegiatan Kepolisian di Tanah Papua pada Masa Belanda (1920-1962)

Sarana pemerintahan itu meliputi rumah untuk kepala pemerintahan, rumah kepala polisi, barak polisi dan rumah sakit. Ini dapat kita temui di tiap tempat, seperti di Ayamaru, Teminabuan, Steenkool, Babo dan lokasi yang menjadi pusat pemerintahan lainnya di masa itu.
Lokasi yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan pusat keamanan biasanya berada di satu kawasan atau pintu masuk ke kawasan itu. Ini bisa kita lihat dari yang ada di Ayamaru (Maybrat), Teminabuan (Sorong Selatan), Babo dan Steenkool (Teluk Bintuni).
Terkadang, komplek perkantoran atau perumahan pejabat serta aparat kepolisian, dan keamanan berada di sekitar lapangan luas di kawasan itu.
Atau, berada di satu garis lurus, meski berbeda posisi dan dipisahkan oleh jarak yang tidak terlalu jauh. Prinsipnya, semua sarana dan prasarana itu masih berada di satu kawasan.
Secara lengkap, laporan pembangunan sarana prasarana di seluruh Tanah Papua itu dapat dibaca dalam Zitting 1955-1956 (4349) Vaststelling van de begroting van Nederlands Nieuw Guinea voor het dienstjaar 1956.
Di dalamnya dikemukakan rencana pembangunan sarana pemerintahan dan keamanan (kepolisian) serta rumah sakit di berbagai lokasi. Laporan setebal 28 halaman tersebut memuat rencana pembangunan dan kebutuhan material yang diperlukan di Manokwari, Ayamaru, Teminabuan, Sorong, Doom, Biak dan lokasi lainnya.
Aneka Kegiatan Kepolisian di Tanah Papua
Salah satu kegiatan personel kepolisian adalah melakukan patroli di wilayah tugasnya. Patroli itu biasanya dilakukan secara rombongan. Tujuannya, selain cipta kondisi, juga membuat database lokasi yang dikunjungi. Oleh sebab itu, laporan patroli biasanya dibuat lengkap dengan gambar foto-foto lokasi.
Untuk kawasan yang dianggap masih asing dan terpencil serta belum ada perwakilan pemerintahan, biasanya patroli tidak masuk kesana.
Markas Kepolisian yang dokumentasi fotonya masih ada, di antaranya Korps Algemene Politie Detachement Steenkool di Afdeling West Nieuw Guinea. Pada tahun-tahun tersebut, Steenkool (artinya, batubara) menjadi ibukota Onder Afdeling Bintuni.
Salah satu Inspektur Polisi (Inspecteur van Politie) yang pernah ditugaskan di sana adalah A.E. Burer, yang pernah menerbitkan laporan patroli (Patrouilleverslag) periode 2-27 Februari 1959.
Atasan Burer, yaitu A. van Klinken juga pernah melakukan kunjungan ke Steenkool pada Juni 1959. Komisaris Polisi (Commisaris van Politie) itu telah menerbitkan laporan kunjungan setebal 108 halaman lengkap dengan foto-foto. Laporan itu diberi judul: Uittreksel Bevolking uit het Verslag van de Patrouille Steenkool.
Selain patroli, kegiatan personel kepolisian lainnya adalah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Buruknya sarana dan prasarana transportasi pada masa itu menyebabkan personel kepolisian juga harus mempersiapkan segala sesuatu yang sebenarnya bukan merupakan tupoksinya.
Beberapa catatan berikut ini membuktikan hal tersebut. Penting dikutip kembali di sini tulisan J.P.K. Eechoud, seorang polisi yang kemudian diangkat menjadi Residen, sebagai berikut:
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi