Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Eltom) – Pemerhati Sosial
“Lo akurang nih?” (=Lho, apa yang kurang lagi?) Pertanyaan ini bermaksud menyanggah suatu situasi ketika ada orang yang “barsungut, macang ada yang kurang” (=bersungut, seakan-akan ada sesuatu yang kurang), padahal sebenarnya “samua su pas” (=semuanya sudah tepat/ada).
“Nangko ada biking apapa bae-bae satu bagitu e” (=barangkali ada melakukan sesuatu yang sesuai), padahal “tar mampu par karja apapa satu lai po” (=padahal tidak mampu melakukan sesuatu yang baik).
Sifat yang suka “barsungut” (=bersungut, mengeluh) adalah ciri orang yang “tar mau kurang apapa paskali, padahal sondor bisa par karja akang” (=tidak mau ada yang kurang dalam hidupnya padahal ia sendiri tidak mampu melakukannya).
Adakalanya “su dapa nih mar rasa kurang” (=sudah ada tetapi merasa kekurangan). “Mau lebe” (=mau ada secara berlebihan). “Konci rekeng, anggap samua tar pas, tar sampe” (=akibatnya mengangga segala sesuatu tidak pas, tidak cukup).
“Su dapa samua yang bagus-bagus mar mau lebe lai” (=sudah mendapatkan segala sesuatu yang baik tetapi mau yang lebih), padahal “tar ukur-ukur diri” (=tidak menguji kemampuan diri). “Bagitu saorang ada dapa apapa, la lur” (=begitu seseorang mendapatkan sesuatu, lalu suka memperhatikan keadaan orang itu). “Hidop tar mau kalah dari orang” (=tidak mau kalah dari yang lain), “hidop tar mau akui orang pung lebe sasadiki” (=tidak mau mengakui kelebihan orang lain).
“Kurang apa lai?” merupakan ungkapan yang mengajak kita “cukup ka seng cukup, tarima sa” (=cukup atau tidak, terimalah) sebab “ada har’ eso lai” (=masih ada hari esok). “Tarima apa adanya nih dolo, eso jua ada lai” (=terimalah apa yang ada saat ini, besok masih ada lagi). “Jang tagal mau banya la tar kuat par urus apapa satu lai” (=jangan karena banyak maunya lalu tidak sanggup mengurus satu hal pun).
“Kurang apa lai?” merupakan nasehat tentang “puas sadiki deng yang su ada, tagal orang laeng jua mangkali pung tar ada mar dong sanang-sanang sa” (=memuaskan diri dengan apa yang ada, karena mungkin orang lain tidak punya seperti itu tetapi mereka tampak bahagia).
“Kurang apa lai?” juga merupakan pertanyaan introspektif karena kita semua sudah mendapatkan “apa yang Antua mau kase” (=apa yang hendak diberikan Tuhan). Jadi “kurang apa lai e?” (=Apalagi yang kurang?).
Mandag, 21 Juni 2021
Pastori I Jemaat GPM Porto, Klasis Pp. Lease, Saparua
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi