Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)
“Kalu bole” (=kalau boleh) adalah semacam permohonan ijin agar bisa melakukan sesuatu, karena seseorang, “biar pangkat tinggi lai” (=walau tinggi jabatannya), “lebe bae jang bapaksa” (=sebaiknya jangan memaksakan kehendaknya) atau “jang mau pung mau” (=jangan memaksakan keinginannya). Apalagi jika hal tersebut terkait dengan “pamali” (=hukum pamali) yakni sesuatu yang “musti biking iko atorang” (=harus dilakukan sesuai aturan), atau yang berkaitan dengan “barang-barang tua” (=barang warisan).
“Kalu bole” selalu menuntun kita agar “mau biking apapa tuh buang suara dolo par orangtotua” (=ketika hendak melakukan sesuatu harus memberi tahu orang tua) atau “pi kas suara orangtotua” (=pergi memberi tahu orang tua). Jadi tindakan “pi kas’ suara” (=meminta ijin) itu bersifat “prenta” (=perintah) dalam arti “jang pandang enteng” (=jangan anggap remeh) atau “jang biking diri tau-tau” (=jangan berlagak tahu) atau “jang pikir su jago” (=jangan pikir anda sudah hebat) lalu seakan “orangtotua tuh tar tau apapa” (=orang tua itu tidak tahu apa-apanya).
Jadi “kalu bole” itu suatu ungkapan yang menunjuk pada “manir” (=sopan santun) jadi jika tidak dilakukan itu artinya “tar manir” (=tidak sopan) atau “tar tau adat” (=tidak beradat) atau “karja takaruang” (=kerja sembarangan) atau “sapsele” (=kerja ikut suka).
“Nanti pas tatumbu la biking muka parsis tusa piatu” (=nanti begitu kena masalah lalu munafik/seperti kucing piatu).
“Mar kalu su kas suara orangtotua kamuka” (=tetapi jika sudah memberi tahu/meminta ijin terlebih dahulu dari orang tua) maka mereka akan “kas inga ini deng itu” (=mengingatkan banyak hal) semisal “musti biking bagini, seng boleh biking bagitu” (=harus begini, jangan begitu), “tagal anana nih kalu su sanang la unju mangarti ka biking diri tau-tau” (=tagal anak-anak itu jika sudah senang, menjadi sombong atau bertindak apa saja).
Jadi “kalu bole biking tuh turut akang pung atorang” (=kalau boleh lakukanlah sesuai aturannya). “Tanya orangtotua sa, dong seng marah ka larang, mar kas’ inga” (=tanyakan orangtua, mereka tidak marah atau melarang, melainkan mengingatkan). “Kalu itu par bae, dong jua sanang” (=jika untuk kebaikan, mereka juga senang). “Apalai par samua pung bae” (=apalagi untuk kebaikan semua orang).
“Jadi kalu bole” (=jadi kalau boleh) “jang lupa orangtotua pung pasang” (=jangan melupakan pesan orangtua). “Simpang akang di kapala, tanang akang di hati, unju akang di tabiat, la eso lusa ure akang par anana lai” (=simpan itu di kepala, tanamkan di hati, tunjukkan dalam perilakumu, dan kelak ajari itu kepada anak-anakmu juga).
“Katong nih hidop tagal pasang, kanyang deng pengajarang” (=kita hidup karena (menuruti) pesan, dan dikenyangkan oleh pengajaran).
Sabtu, 11 September 2021
Pastori Ketua MJ GPM Rumahkay, Amakele Lorimalahitu
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi