Oleh: Eltom (Pemerhati Sosial)
Orangtua kita “paleng mangarti deng tau hati” (=sangat mengerti dan memahami) mengenai “hidop bae” (=hidup baik), yang salah satunya ialah “musti badiri lurus, jang batimbang” (=harus berdiri lurus/tegap, jangan condong ke kiri atau kanan).
Mengapa hidup seperti itu perlu? Karena “kalu su pegang satu, tahang kuat-kuat” (=kalau sudah memegang yang satu, peganglah kuat-kuat). Ini berkaitan dengan kepercayaan, dengan iman. Yang dimaksud dengan “pegang satu” adalah mengimani Tuhan, sehingga “kalu su deng Tuhan, mo Tuhan sa jua, jang batimbang lai” (=kalau sudah beriman kepada Tuhan, yah Tuhan saja, jangan condong kepada yang lain). Sebab “kuasa sia-sia tu tar guna” (=tidak ada gunanya kuasa kesia-siaan).
“Sapa pegang Tuhan, Tuhan pegang dia” (=siapa berpegang pada Tuhan, Tuhan pun ada dengannya). Tetapi kalu “hati masih batimbang” (=jika hati masih condong) “salah jaga tinggalang” (=suatu waktu tenggelam) artinya “hidop kalalerang” (=terombang-ambing hidupnya) karena “hati tar kuat” (=iman tidak teguh).
“Mau apapa tu musti sabar, jang paparipi” (=harus sabar, jangan tergesa-gesa) sebab tidak semuanya sekali jadi. “Orang tar tanang kasbi malang ini la eso cabu” (=orang tidak menanami ubi kayu malam ini dan besoknya panen) jadi “sabar tu parlu” (=perlu kesabaran), “kalu seng sabar, barang laeng game-game la iko te” (=bila tidak sabar, godaan datang kita ikuti). “Yang bagini ni yang tar anging tar ujang rabu-rabu lai rubu” (=yang seperti ini, tanpa angin maupun hujan, mudah roboh).
Jadi “musti pegang Tuhan kuat-kuat, supaya biar ujang bakat sampe hener lai, taunya mantap sa” (=harus dengan Tuhan, supaya dalam hujan banjirpun tetap kokoh pendiriannya). “Ingatang, jang paskali batimbang kiri kanang!”
Selamat “Konci Usbu” (=akhir pekan)
Sabtu, 8 Mei 2021
Pastori Jemaat GPM Bethania, Dana Kopra-Ambon
Elifas Tomix Maspaitella (Eltom)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi