
potretmaluku.id – Samuel Richard Pormes, warga Belanda keturunan Maluku, hari ini, Rabu (13/4/2022), dilantik sebagai anggota parlemen di Dewan Provinsi Drenthe, sebuah provinsi yang terletak di timur laut Belanda.
Selain Samuel atas nama Partai GroenLinks, ada anggota lainnya bernama Roelof Oosting dari Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (Volkspartij voor Vrijheid en Democratie, VVD).
Mereka berdua masing-masing menggantikan Ria Haan dan Jan Smits, pada pergantian antar waktu, lantaran kedua anggota DPR ini mundur karena masuk di Dewan Kota.
Samuel atau akrab disapa Sam, bersama Roelof Oosting bakal menjalankan tugas sebagai anggota parlemen hingga tahun 2023 mendatang.
Sam sendiri adalah senator Belanda pertama keturunan Maluku, yang pernah juga menjabat sebagai anggota Senat Belanda dari 2001 hingga 2006. Dari tahun 2019 dia menjadi anggota komisi khusus.
Menariknya, pada kesempatan pelantikannya ini, Sam membuat pernyataan simbolik terhadap hak ekstrem di Negara Provinsi Drenthe. Lantaran itu, saat pelantikan dia sengaja menggunakan kopiah dan mengenakan syal dari bahan tenunan khas Maluku.
Terkait aksinya ini, pada akun sosial medianya, Sam menulis: mereka ingin mengecualikan migran non-barat dan bahkan tidak mengizinkan.
Menurut dia, 20% dari kursi di parlemen Provinsi Drenthe terdiri dari partai yang tidak menyukai suku-suku yang tidak punya budaya sama, seperti warga keturunan Maluku. Termasuk, mereka juga tidak menyukai umat Muslim.
“Partai-partai itu berjuang untuk melarang umat Muslim memiliki Al-Quran dan juga melarang mereka mengenakan kopiah dan kerudung sebagai simbol Islam,” ungkap Sam kepada potretmaluku.id, melalui sambungan telepon, Rabu (13/4/2022).
Itu sebabnya, saat dilantik sebagai anggota DPRD Provinsi Drenthe, Sam menyatakan protes kepada partai-partai itu dengan mengenakan kain tenun sebagai simbol budaya non Barat, serta mengenakan kopiah sebagai simbol Islam.
“Saya menganggap diri saya anak dari pembawa budaya non-barat. Keinginan lebih lanjut, adalah protes saya terkait pelarang penutup kepala warga Muslim di ruang umum dan melarang Al-Quran,” ujarnya.
Meski dirinya beragama Kristen Protestan, namun Sam mengaku neneknya seorang Muslim, dan para sepupunya yang juga Muslim tinggal di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Serta ada juga di Ridderkerk, sebuah gemeente Belanda yang terletak di provinsi Zuid Holland.
Bagi Sam Ini bukan hanya berperang dengan nilai-nilai inti kita yang berbudaya non barat, tetapi juga serangan pribadi terhadap orang-orang kita (berbudaya non barat dan Muslim).
“Selama di parlemen, saya akan terus mengenakan tenun sebagai simbol ayah saya dan simbol budaya non barat, serta mengenakan kopiah sebagai penutup kepala sebagai solidaritas kepada Umat Muslim di Belanda,” tutupnya.(TIA/ZAI)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi