Ekonomi & BisnisMalukuPendapat

Tuna Talamburang di Lautan, Tapi Katong Cuma Dapa Tetelan

PENDAPAT

Tuna kualitas super talamburang di katong pung lautan, tapi ironisnya kalo ke Pasar Arumbai di Mardika cuma bisa dapa akang pung tetelan saja. Ini sisa proses cutting (baca : sisa buangan) dari cold store setelah bagian terbaiknya di-fillet kemudian diekspor ke luar negeri.

Kalo mau dapa loin punggung atau bagian perut utuh, silahkan berburu ke supermarket dan siap kepeng voor bayar di kasir. Harga?? Jang tanya. Labe mahal dari daging sapi.

Orang Maluku masih minim informasi soal nilai gizi dan pengolahan yang tepat untuk komoditas unggulan yang menduduki hierarki tertinggi dalam keluarga ikan laut ini. Bersama rekannya salmon si ikan air tawar, tuna sirip kuning punya nilai jual fantastis, dan menjadi santapan kalangan ‘the have‘ di rumah-rumah maupun resto-resto kelas sultan.

Sedangkan sebagian dari katong masih terjebak dalam mitos ‘Tuna/Tatihu tuh suka makan manusia’. Banyak yang jijik dan menolak mengkonsumsi ikan ini. Kalo liat fenomena di pasar, tuna hanya jadi pilihan paling akhir bagi pembeli, kalo harga cakalang dan ikan jenis lainnya sedang mahal atau kurang pasokan.

Padahal cerita ditemukannya potongan-potongan tubuh manusia dalam perut ikan tuna sudah berpuluh-puluh  tahun lampau, dan belum tentu juga kebenarannya. Alhasil manfaat gizi yang seharusnya menjadi hak generasi Al-Mulk malah dinikmati orang luar.

Belum lagi kalo katong bicara soal nilai ekonomis dari penjualan tuna. Nelayan lokal Maluku mungkin hanya dapat kurang dari sepertigapuluh harga jual di pasar dunia. Silahkan buka youtube dan nonton film-film dokumenter, tentang proses tangkap dan pelelangan ikan tuna di Jepang dan pasar dunia lainnya. Tuna pung satu mot saja harganya jutaan rupiah.

Ini juga yang menjadi sebab laut Maluku kerap dijarah kapal asing. Bahkan setelah ada kebijakan ‘TENGGELAMKAN’ ala-ala Ibu Menteri Susi saat menjabat pun, katong kerap kecolongan. Diperkirakan jutaan ton tuna, sirip hiu dan aneka biota laut lainnya dicuri per tahun dari laut Maluku.

Masalah klasik. Katong tar sadar deng potensi kekayaan daerah hingga kemudian orang luar datang dan ambil manfaat dari katong punya.

Sayang sekali memang, manfaat dari lemak Omega³, high protein, zat besi dan aneka vitamin yang merupakan nutrisi tepat, untuk kecerdasan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia  katong pung anak-anak dilewatkan begitu saja. Juga nilai jual yang mampu mendongkrak derajat ekonomi daerah dan nelayan lokal. Dan saat ini katong hanya bisa konsumsi momar, komu, cakalang yang kelasnya di bawah tuna. Hhh.. miris…

Minggu Gerimis

Opini Dari Dapur

Screen Shot 2021 04 15 at 21.45.13

Penulis: Nona J Pelu, ibu rumah tangga owner Dapur Nayeffa Cake & Cookies, yang suka menulis


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button