Oleh: Tim EIGER Adventure
Berkelana menyusuri berbagai daerah tropis di Indonesia, identitas dan karakteristiknya hampir serupa. Tanah tropis, hutan, laut, gunung-gemunung dengan segala kekayaan flora dan fauna di dalamnya, tak salah jika menyebut Indonesia adalah laboratorium dari petualangan tropis dunia.
EIGER Adventure sebagai brand penyedia perlengkapan luar ruang yang memiliki karakteristik dan spesialisasi di petualangan tropis, kembali memulai langkah ekspedisi baru.
Kami mencoba menebalkan kembali nilai dari petualangan tropis, melanjutkan lagi tradisi ekspedisi EIGER yang sempat terhenti bertahun-tahun imbas pandemi. Menuju akhir 2024, persiapan ekspedisi atau pra ekspedisi pun dilakukan dengan mengirimkan tim desainer produk ke Maluku.
Satria Nurzaman selaku Brand Strategic Manager EIGER Adventure mengatakan, dari sekian banyak daerah, EIGER memilih Maluku sebagai laboratorium observasi pada rangkaian ekspedisi kali ini.
“Bagi EIGER, lanskap dan keberagaman di Maluku adalah laboratorium observasi yang belum pernah dijelajahi lebih mendalam. Maluku bisa mewakili lanskap tropis dan keberagaman Indonesia, sekaligus lokasi yang cocok untuk uji coba dan mencari inspirasi koleksi produk EIGER berikutnya,” ungkap Satria.
Dari Kota Ambon, Tim EIGER bergerak, menjangkau pulau-pulau di sekitar, memutari Pulau Seram, sampai membuka kembali jalur lama pendakian Gunung Binaiya via Utara, jalur yang telah tujuh tahun lalu ditutup dan tak pernah dijelajahi kembali.
Zakiy Zulkarnaen selaku Kordinator program Pra-Ekspedisi EIGER menjelaskan total 14 hari atau tiga minggu perjalanan pra-ekspedisi ini dimulai dan dituntaskan. EIGER membagi tim pra-ekspedisi ke dalam tiga perjalanan yang berbeda.
“Tim pertama memasuki kawasan Taman Nasional Manusela untuk menapaki kembalii Jalur Utara Gunung Binaiya bersama warga lokal, setelah tujuh tahun jalur legendaris ini ditutup total,” cerita Satria.
Lalu tim kedua, kata Satria, mengendarai motor menyusuri Pulau Seram sejauh 1.000 kilometer, dan tim ketiga mengelilingi Kota Ambon juga Pulau Haruku untuk merekam lanskap keberagaman sosial dan budaya Maluku.
Bagi EIGER, pra ekspedisi ini menjadi titik awal untuk melakukan observasi dan pemetaan, bagian awal untuk menentukan jalur dan rencana ekspedisi yang lebih besar dan berkolaborasi dengan banyak pihak di tahun 2025.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi