Oleh: Eltom (Pemerhati Sosial)
“Ana e, jang berbuat talalu lai. Mama hati lala deng se segnap perbuatan ni” (=anakku, jangan terlalu macam-macam. Hati mama belisah dengan perbuatanmu).
Bila ungkapan itu ditujukan kepada anda, apa yang anda rasakan? “Angka tobat deng tempo jua” (=segera bertobat) karena “jang lebe la biking mama aer mata tumpa” (=jangan terlanjur sehingga mama meneteskan air mata). “Mama pung aer mata seng jatuhsabarang, apalai sampe balandong. Sampe itu jadi, se tar salamat” (=air mata mama tidak tertumpah begitu saja, apalagi jika air matanya berlinang. Bila itu sampai terjadi, anda tidak selamat/tidak beruntung).
Jadi ungkapan itu hendak “kas’ inga” (=mengingatkan) kita agar jangan jadi anak yang “bilang/tagor sang/sama suru” (=bebal, ditegur tapi dianggap seperti disuruh/dianjurkan). Ditegur agar “jang kajahatang” (=jangan nakal) tetapi tetap “kajahatang biji ruku paskali” (=nakalnya minta ampun). Ditegur supaya sopan “mar tetap tar manir/kalakuang sapsele” (=tidak sopan). Ditegur agar “jang mulu putar bale” (=menipu) tetapi tetap “kabualang parsis tinggalong” (=sulit dipercaya; apa yang diucap tidak bisa dipegang kebenarannya).
Kembali ke nasehat di atas, maka penting “jaga sikap” (=menjaga sikap/perilaku) supaya “kalu tau itu sala jang biking akang” (=bila mengetahui suatu hal itu salah, jangan dilakukan), sebaliknya “kalu tau itu batul, biking deng nanala” (=jika benar, lakukanlah dengan sungguh-sungguh) karena “orang pande tu tau biking bae, mar orang bodo tu, yang tarbae dong bilang bae” (=orang pandai tahu melakukan yang baik, tetapi orang bodoh menganggap yang buruk itu baik), “konci rekeng mati deng bodo sisa” (=akhirnya tetap dalam kebodohan sampai mati).
Minggu, 24 April 2021
Pastori Jemaat GPM Waewali, Klasis Buru Selatan
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi