Suara Perempuan Lawan Krisis Iklim
potretmaluku.id – Hari Perempuan Sedunia yang diperingati setiap 8 Maret di seluruh dunia juga dirayakan kelompok perempuan di Ambon, Maluku. Yayasan Jala Ina, menginisiasi kampanye digital dengan memberi ruang bagi perempuan untuk menyuarakan tentang bahaya krisis iklim.
Direktur Eksekutif Jala Ina, M Yusuf Sangadji mengatakan, Hari Perempuan Sedunia harusnya jadi momentum untuk menyuarakan kesetaraan dan keadilan iklim bagi perempuan.
“Perempuan adalah kelompok paling terdampak atas terjadinya perubahan iklim. Perempuan masih kerap jadi golongan marjinal yang secara sosial politik kerap dikesampingkan suaranya,” kata Yusuf, dalam keterangannya yang diterima potretmaluku.id, Kamis (9/3/2023).
Krisis iklim kerap merenggut ruang hidup perempuan yang notabene memegang peran penting dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Rusaknya alam kerap membuat perempuan kesulitan karena menggantungkan hidup dan mata pencaharian pada sumber daya alam.
Misalkan kelompok jibu-jibu, yang menggantungkan penghidupan pada ikan hasil tangkapan. Sementara krisis iklim membuat suhu laut terus naik dan penangkapan ikan yang tak bertanggung jawab berdampak pada populasi ikan yang terus menurun.
“Tidak hanya di Maluku, tapi ini menimpa seluruh perempuan di berbagai belahan bumi. Perempuan di Sangihe yang berjuang menjaga tanah mereka dari cengkeraman tambang serta krisis iklim di kawasan pesisir, perempuan di pulau kodingareng Sulawesi Selatan juga berjuang untuk hal yang sama, kita harus mulai memikirkan solusi nyata, utamanya Pemerintah,” tegas Yusuf
Itu mengapa, kata dia, perempuan harus bersuara lantang. Perempuan harus mengambil tempat di garda depan untuk melawan krisis iklim serta mendesak pemerintah bergerak dan melakukan aksi nyata untuk mencegah krisis iklim.(HAS)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi