Pendapat

Ramadhan, Pra Paskah, Atheis dan Indeks Persepsi Korupsi

PENDAPAT

Oleh: Pdt. F. R. Kwalomine (Pendeta GPM dan Pemerhati Sosial)


Harum wangi Ramadhan semakin dekat. Rindu orang tua, sanak saudara dan teman-teman menyeruak dirasakan oleh para perantau untuk pulang menikmati takjil perdana bulan puasa.

Kidung padang pasir yang menggema menambah sukacita sekaligus membungkus kegalauan para pemudik yang tertahan karena terhimpit elit “ekonomi sulit” yang mendera.

Setidaknya gempita Ramadhan dapat mengobati rasa kecewa rakyat se-nusantara akibat ketahuan adanya hilirisasi Pertalite yang dioplos menjadi Pertamax.

Ramadhan dan Pra Paskah tahun ini memang menarik. Mereka berdua berjalan bergandengan tangan pada waktu yang bersamaan.

Di Menara-menara Masjid suara adzan akan menggema bersamaan waktu dengan pencanangan masa Pra Paskah yang digelar pada hari terakhir bulan ini.

Setidaknya di tahun ini, bulan Ramadhan dan Masa Pra Paskah berjalan romantis memberi pesan perenungan tentang hakekat hidup manusia.

Ramadhan adalah perjuangan. Perjuangan untuk mengendalikan hawa nafsu dan keserakahan duniawi. Ramadhan menganjurkan pengendalian diri. Mengendalikan emosi dan syahwat ingin menang sendiri. Ramadhan juga menekankan tentang pentingnya berbagi.

Berbagi kepada fakir miskin dan anak-anak terlantar. Berbagi di masa Ramadhan adalah sebuah konsep populis yang lahir dari nurani manusia bahwa di setiap harta yang dimiliki ada hak orang miskin yang dititipkan oleh Sang Pemberi Berkat.

Konsep berbagi atau menyantuni di Bulan Ramadhan adalah konsep populis tapi tidak berorientasi mencari popularitas, tidak untuk kepentingan elektabilitas atau sekedar untuk mendapatkan pengakuan publik.

Berbagi di Bulan Ramadhan adalah etikabilitas kehidupan. Mensyukuri, menikmati dengan saling berbagi. Jauh lebih besar nilainya dari pada sekedar MBG yang membebani uang negara namun ribuan orang dirumahkan karena penghematan yang tak mendasar.

Ramadhan akan dijalani selama 29-30 hari ke depan. Puncaknya dirayakan sebagai hari kemenangan atau Idul Fitri karena telah berlatih diri dan mengendalikan diri menguasai hawa nafsu, keinginan daging dan egoisme.

Spirit Ramadhan dan Pra Paskah memiliki arti yang sangat penting bagi umat pemeluknya. Dalam Kekristenan, Masa Pra Paskah atau Minggu Sengsara akan dijalani selama 7 pekan untuk merenungi Penderitaan Kristus, Kematian-Nya dan Berpuncak pada Paskah sebagai hari Kebangkitan-Nya.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

1 2Next page

Berita Serupa

Back to top button