PendapatSosok

Perginya Sang Penemu Salak Merah Riring Taniwel SBB

SOSOK

Oleh: Pdt. Idho Kwalomine (Pengurus Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku)

Rumah dengan dinding papan di lereng bukit itu terlihat sederhana. Hitungannya rumah ke lima sebelah kanan dari gedung gereja Batububui. Di Riring, Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), lokasi pemukiman itu disebut kampung kolam karena memang letaknya menurun ke tepi bukit.

Hari itu, di awal bulan April, beta bersama istri mencari seseorang bernama Bapak Melkianus Makaruku (82 tahun) untuk kepentingan penelitian yang sedang dilakukan.

Bapak Meli adalah orang tua kami di Negeri Riring. Namanya telah melegenda karena hasil temuannya yang membawa harum nama negeri Riring. Salak Merah (Latin; Salacca Zalacca) Ya, salak merah adalah hasil temuan Bapak Meli sebagai seorang petani salak.

Pada zaman Belanda, negeri Riring dijadikan sebagai salah satu kota residen, tempat beristirahat para pemimpin Belanda. Jejak-jejak Belanda di negeri Riring masih tertinggal hingga kini, baik di negeri Riring maupun di museum Leiden Belanda. Sayangnya, Riring tak seberuntung Bogor. Sejak zaman Belanda itu pula, salak Riring mulai dikenal luas.

Sebagai petani salak, Bapak Meli telah mengharumkan negeri Riring dengan hasil temuannya. Telusur pada hasil wawancara DMS Media Group, diketahui bahwa Salak Merah pertama kali ditemukan pada tahun 1963.

FB IMG 1694866122842

Diceritakan, awalnya masyarakat sempat ragu untuk memakan buah Salak Merah karena warnanya beda dengan Salak biasanya, namun setelah dicoba rasanya manis.

Dari penemuan itu, Bapa Meli kemudian mengembangkan bibitnya dan menjadikannya sebagai tanaman unggulan. Awalnya sempat ragu untuk mengklaim bahwa Salak Merah hasil temuan itu sebagai Salak Merah Riring, sebab mungkin saja ada jenis serupa di tempat lain.

Setelah dipastikan secara ilmiah barulah klaim Salak Merah adalah produk intelektual masyarakat Riring yang tidak ada jenisnya di tempat lain. Hasil temuan Bapa Meli ini kemudian diregistrasikan di Kementerian Hukum dan HAM pada awal tahun ini (Kumparan; 13 Februari 2023).

Bapak Meli adalah Petani Salak Merah Riring yang paling berbahagia. Ia pergi pada tahun yang sama setelah hasil karyanya terinventarisasi secara sah dan diakui oleh negara.

Beliau merupakan petani hebat yang meninggalkan legacy bagi Negeri Riring dan Jemaat GPM Riring Rumahsoal – Klasis Taniwel, bahkan legacy itupun ditinggalkan bagi Kabupaten Seram Bagian Barat sebab Salak Merah mulai dibudidayakan di beberapa negeri lainnya di pegunungan SBB.

FB IMG 1694866126544

Diketahui, Penemu Salak Merah Riring itu kembali ke sang Penciptanya pada Jumat 14 September 2023 pukul 08.59 WIT di kampung halamannya hena Sulibai Riring meninggalkan seorang istri, 6 orang anak dan 19 cucu dalam usia 82 tahun, 3 bulan, 27 hari.

Beta dan istri Jen Nampasnea tentunya sangat bersyukur sebab pernah berjumpa bersama lelaki bersahaja ini dan berdiskusi selama 4 jam. Bapa Meli juga berkesempatan mengantarkan beta bersama istri ke satu tempat yang disebut Molilalei, tempat sakral Orang Riring.

Oleh sakralitasnya, kami tak bisa mendekat ke pusat Molilalei itu karena tabu bagi perempuan. Molilalei adalah jejak Kakehan yang masih terawat di Negeri Riring.

Sore ini, Bapa Meli akan dikebumikan pada pegunungan Seram nan sejuk, diantara manisnya Salak Merah Riring yang menjadi kawan abadinya. Bapa Meli boleh pergi dengan seluruh cintanya bagi Sulibai – Liunama, namanya akan selalu melekat pada legacy yang ditinggalkan.

Hidup di Nusa Inai telah berakhir
Pulanglah ke Nusa Mulini dengan damai
Lewat Nunusaku, engkau berjumpa dengan Nitu Ela.

Hlamate…(*)

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button