
Album Kedua: Transformasi Baru
Tahun ini, Muria sedang mempersiapkan album keduanya. “Rencananya akan rilis dengan sepuluh lagu. Warna musiknya akan berubah, biar beda dari album pertama,” katanya.
Ia ingin album baru ini menunjukkan perkembangan dirinya, baik secara pribadi maupun musikalitas. “Album pertama itu penuh dengan cerita sakit dan kekecewaan. Di album kedua, saya mencoba merangkul sesuatu yang lebih luas.”
Jika semua berjalan lancar, ia juga berencana untuk mengadakan tur kecil-kecilan. Namun, jika tidak memungkinkan, album ini tetap akan dirilis di platform digital seperti Spotify.
Membangun Diri, Menghadapi Depresi
Ari tidak pernah malu membicarakan depresi yang ia alami. Baginya, ini adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus diterima.
“Rasa sakit itu fana, sama seperti rasa bahagia. Mereka cuma ada di pikiran kita. Kalau kita sedang sakit, kenapa tidak mengubah itu menjadi karya?” tandasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya kesadaran akan kesehatan mental. “Generasi kita sekarang mulai paham soal isu-isu ini. Ketika depresi, kita tahu harus ke psikiater atau minum obat. Tapi kalau nggak ada jalan lain, jadikan rasa sakit itu sesuatu yang produktif. Itu cara saya bertahan.” paparnya.
Harapan untuk Muria
Setelah melewati berbagai tantangan, Ari punya harapan sederhana: “Saya ingin musik saya bisa memberikan sesuatu untuk orang lain.”
Muria Mardika bukan sekadar proyek musik. Ia adalah cerminan perjalanan hidup Ari, dari perjuangan sosial hingga pengembangan diri. Dan lewat musiknya, ia ingin terus berbagi kisah, inspirasi, dan harapan.
Muria Mardika adalah bukti bahwa musik bisa menjadi medium untuk menyuarakan pengalaman hidup, mengatasi rasa sakit, dan membangun komunitas.
Dengan perjalanan yang penuh makna, ia mengajarkan bahwa setiap luka bisa menjadi karya, dan setiap perjuangan bisa menjadi inspirasi.(Tiara)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi