MusikSosok

Muria Mardika: Dari Perjuangan Sosial hingga Musik yang Menginspirasi

Kembali dengan Hiphop: Mardika dan Filosofi di Balik Nama

Di masa pandemi 2020, Ari kembali menulis lagu. Kali ini, ia kembali ke akar hiphopnya. Lagu pertamanya, Mardika, menjadi representasi dirinya.

“Hiphop itu penting buat representasi,” ujarnya. “Kita harus kasih tahu asal kita dari mana, kehidupan kita seperti apa.” Lagu itu menjadi semacam identitas. Orang mulai mengenalnya sebagai “Muria yang Mardika itu.”

Lalu, dari mana nama Muria muncul? Ia menjelaskan, “Di bahasa Maluku, muria artinya ‘belakang.’ Filosofinya, saya nggak mau jadi musisi yang harus terkenal banget. Kalau saya populer, saya ingin teman-teman saya juga maju, dan saya ada di belakang mereka, mendorong mereka ke depan.”

Nama itu juga merefleksikan perubahan dalam dirinya. Ia tak lagi mengejar ketenaran semata. Kini, ia ingin menggunakan musik untuk memberikan makna lebih besar, baik untuk dirinya maupun orang-orang di sekitarnya.

Label Krazy Brazy dan Prinsip Kebersamaan

Sejak awal, Ari tergabung dalam label Krazy Brazy. Bagi Ari, label ini bukan sekadar tempat berkarya, tapi juga menjadi penyelamat di masa-masa sulitnya.

muria mardika

“K3by (pendiri Krazy Brazy) adalah salah satu orang yang menyelamatkan saya dari keterpurukan,” katanya. “Waktu saya depresi, dia bilang ke saya, ‘Jangan pulang dulu. Kita di sini bisa cari hidup lewat musik.’”

Label ini juga punya prinsip yang Ari pegang teguh. “Krazy Brazy itu seperti support system. Teman-teman yang susah cari kerja, yang nggak bisa jadi PNS, kita ajak untuk berkarya dan saling menghidupi. Kita bangun sirkulasi yang sehat.”

Album Noo: Kelahiran Muria Mardika

Pada tahun 2022, Ari memutuskan untuk merilis album perdananya sebagai Muria. Ia menamainya Noo, yang dalam bahasa Maluku berarti angka enam, tanggal kelahirannya. Album ini dirilis sehari sebelum ulang tahunnya, pada 5 September 2022.

Album Noo berisi sebelas lagu, semuanya ditulis sendiri. “Album ini menggambarkan kelahiran Muria. Lagu-lagunya banyak menceritakan tentang depresi dan perjalanan saya melewati masa-masa sulit,” ungkapnya.

Dulu, lagu-lagu Sombanusa menyasar mahasiswa yang peka terhadap isu sosial atau warga yang terdampak konflik agraria. Kini, dengan Muria, audiensnya lebih beragam. Dari anak-anak gaul hingga mereka yang tak pernah tahu tentang dirinya sebagai Sombanusa.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2 3Next page

Berita Serupa

Back to top button