Trotoart: Panggung Kreatif Kota Ambon yang Bangkit Setelah 8 Tahun Vakum

MALAM ITU, halaman Perpustakaan Daerah di kawasan A.Y. Patty, Ambon, mendadak hidup. Suara gitar mengalun, disusul hentakan drum yang memancing langkah kaki ikut bergerak.
Penonton bersorak, merekam, dan sesekali bernyanyi bersama. Malam itu, Sabtu, 18 Januari 2025, adalah momen yang ditunggu-tunggu: Trotoart Volume 15 resmi kembali setelah delapan tahun menghilang dari panggung kreatif Kota Ambon.
Saya berkesempatan berbincang dengan salah satu sosok di balik Trotoart, Jandri Pattinama, atau yang akrab disapa Willie Ikanasar.
Sebagai vokalis Ikanasar Band dan salah satu motor penggerak Trotoart sejak awal berdirinya pada 2012, Willie berbagi cerita tentang semangat yang tak pernah padam meski waktu terus berjalan.
“Kita masih punya semangat yang sama seperti dulu,” katanya.

“Tapi, generasi penonton sekarang sudah beda. Makanya, untuk Volume 15 ini, kami merasa perlu menjelaskan apa itu Trotoart lewat video pengantar. Biar mereka tahu, ini sudah pernah ada 14 volume sebelumnya.”
Awal Kembalinya Trotoart
Menurut Willie, ide untuk menghidupkan kembali Trotoart muncul sekitar dua minggu sebelum acara berlangsung.
Meski waktunya singkat, semangat komunitas lama dan baru yang bergabung membuat segalanya terasa mungkin.
“Dulu, Trotoart adalah panggung di trotoar, benar-benar di pinggir jalan,” kenangnya.
“Tapi sekarang, karena alasan produksi, kita pindahkan ke lokasi seperti ini. Namun, esensinya tetap sama, memberi ruang bagi musisi dan seniman untuk berkarya.”
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi