Minoritas Damai di Tengah Mayoritas Kristen

Oleh: Jovico Onis Samallo (Calon Pendeta Jemaat Gereja Protestan Maluku Wonreli)
Jujur, suara kumandang takbir di Kota Lama mengagetkan beta yang sedang duduk menikmati pagi di Walang Hervi (ruang tamu utama di kompleks Gereja Imanuel Wonreli).
Ternyata, hari ini umat muslim di Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) telah merayakan kemenangan di bulan yang Fitri. Beta baru tahu, sebab hingar bingar suasana bulan ramadan jauh berbeda dari realitas yang biasa dirasakan, ketika berada di Kota Ambon.
Biasanya yang dijumpai oleh beta selama di Ambon pada suasana bulan puasa, yaitu jajanan kuliner yang berjejeran di depan Masjid Al-Fatah dan di samping Jembatan Desa Batu Merah.
Namun, suasana itu berbeda di Kisar, apalagi jaringan internet yang tidak terlalu lancar, sehingga tak terasa bahwa lebaran telah tiba. Karena itu, ketika mendengar gema takbir di pagi hari, beta langsung pergi dan melihat aktivitas salat Ied yang berlangsung di Masjid Al-Muhajirin Kota Lama, Pulau Kisar. Masjid Al-Muhajirin adalah satu-satunya masjid yang terdapat di Pulau Kisar.
Sedari 07.00 WIT, umat muslim di Pulau Kisar telah berdatangan ke masjid untuk beribadah secara berjamaah. Mereka berdatangan dari seluruh wilayah di Pulau Kisar.
Ada yang mengunakan kendaran bermotor roda dua dan empat, serta ada yang berjalan kaki. Semuanya sangat bersemangat, nampak dari raut wajah yang terlihat bahagia.
Terdapat seorang petugas keamanan berseragam loreng yang sedang berjaga-jaga di depan masjid. Sesekali dirinya melepas senyum dengan mereka yang datang beribadah.
Dia tidak menggunakan senjata lengkap saat menjaga, hanya tangan kosong dan kaki yang mondar-mandir ke sana-kemari. Selain petugas berseragam loreng, beta menduga bahwa pria berbaju hitam yang ada di situ juga adalah petugas keamanan atau intel. Sebab terlihat berdiri di ujung tembok masjid sambil sesekali memantau ke dalam masjid.
Dalam proses menjaga keamanan, ada hal berbeda dari yang beta jumpai saat di Ambon. Ketika pelaksanaan salat Ied pada masjid-masjid di Kota Ambon, pemuda-pemudi Kristen, termasuk Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) turut terlibat menjaga jalannya salat Ied.
Bukan hanya di Ambon, AMGPM di Ternate Maluku Utara pun memainkan peranan, dalam menyediakan rasa aman dan nyaman bagi umat muslim yang beribadah. Bahkan juga menyediakan koran bekas untuk kepentingan salat.
Namun, hal itu berbeda di Kisar. Tidak terlihat masyarakat yang turut membantu dalam pengamanan di depan masjid ketika umat muslim akan melaksanakan salat Ied.
Tapi, hal tersebut bukan menjadi penghalang dalam menciptakan rasa aman dan nyaman bagi umat muslim yang sedang beribadah. Sebab pembauran telah terjadi dalam kehidupan keseharian dan tidak membatasi satu dengan yang lain. Termasuk pada kebudayaan yang terbaur sebagai pengetahuan lokal.
Bagi masyarakat Kisar, memberi rasa nyaman dan aman untuk para pendatang, berlangsung secara natural, termasuk mereka (pendatang) yang berasal dari luar Maluku.
Masyarakat Kisar menerima kedatangan para pendatang dengan senang hati, termasuk bagi para pendatang yang beragama Islam. Mereka (muslim) yang datang, berasal dari Jawa, Buton, Bugis dan Makassar dan telah menyatu bersama dengan masyarakat Kisar, bahkan diantara mereka juga telah kawin-mawin dengan penduduk asli.
Masyarakat Kisar memiliki kepercayaan bahwa, jika mereka (pendatang) datang dengan niat baik, maka akan diterima oleh alam secara baik. Begitupun sebaliknya, jika mereka (pendatang) memiliki niat jahat untuk datang di Kisar, maka dirinya tidak akan diterima oleh alam secara baik.
Keyakinan ini yang membuat masyarakat Kisar sangat rendah hati menerima siapapun yang ingin berkunjung dan menetap di Pulau Kisar. Keyakinan ini juga dilandasi oleh pengetahuan lokal yang telah menjadi budaya dan telah berlangsung secara lintas generasi, yaitu Honoli.
Honoli merupakan tindakan kesopanan masyarakat Kisar dalam menghargai setiap orang yang dijumpai oleh mereka. Kesopanan masyarakat Kisar membuat para pendatang merasa sangat aman dan nyaman untuk bertahan hidup di Kisar.
Hal ini juga menjadi kesan penting bagi mereka yang datang dengan alasan tanggungjawab pekerjaan, diantaranya para pegawai kantoran, para petugas keamanan dan juga para pendeta.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi