Menjemput Berkat di Jembatan Kawanua Tehoru
Oleh: Tamara Agustina Hurulean (Vikaris Saunulu, Gereja Protestan Maluku)
Matahari belum terik, meski hujan tidak lagi turun. Pasca putusnya Jembatan Kawanua di Desa Saunulu, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, pada 10 Juli lalu, hingga kini belum dilakukan upaya perbaikan. Mengingat derasnya aliran sungai, apalagi kondisi jembatan yang rusak parah, nampaknya upaya perbaikan akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Walau begitu, sudah ada aktivitas yang dilakukan di atas dan di bawah jembatan. Pagi ini, terlihat masyarakat melakukan upaya penyebrangan. Beberapa lelaki yang ada di Saunulu, ternyata sudah membangun tangga darurat di sisi kanan jembatan sebagai akses menuju ke sungai.
Hingga tadi, ada dua buah perahu yang disiapkan untuk transportasi menyebrangi s
Sungai Kawanua. Satu kali penyebrangan dikenakan ongkos Rp.10.000, dengan satu orang pendayung, dan tiga orang untuk menarik tali dan satu orang yang bertugas untuk membantu menarik perahu ke tepian.
Selain itu, ada pula mama-mama yang berjualan di sekitar lokasi perahu ini. Tadi pagi, saat saya tiba di lokasi tersebut, baru terlihat satu mama yang datang. Namanya Ona Lakburlawal. Dengan semangat menjemput berkat, beliau menggelar terpal untuk duduk dan berjualan. Jualannya berupa minuman botol plastik, permen, nasi bungkus dan kue bon-bon.
Menurutnya, dia berjualan di lokasi ini, karena melihat adanya potensi pembeli. Kabarnya, masih ada sekitar lima mama lagi yang akan datang berjualan di bawah jembatan. Adapula tukang-tukang ojek yang menunggu penumpang dari bawah jembatan.
Beberapa aktivitas di atas tidak hanya dilihat dari sisi untuk menjemput berkat tetapi, juga menciptakan berkat bagi sesama lewat tolong menolong. Penumpang menolong pengusaha kecil, pengusaha kecil menolong penumpang, itu juga berkat.
“Berkat ni nona e,” kata ibu penjual tadi.
Pada akhirnya, ternyata bencana alam tidak selamanya adalah kutuk.(*)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi