Pendapat

Menaklukkan Carstensz Pyramid: Petualangan Epik di Puncak Papua

PENDAPAT

Melihat gugusan pegunungan es abadi dari atas, termasuk Puncak Sumantri dan Puncak Sukarno, saya merasa seperti berada di dunia lain. Namun, tak ada waktu untuk berlama-lama menikmati pemandangan. Kami harus segera mempersiapkan diri untuk pendakian.

Rekan Perjalanan yang Menginspirasi

Dalam tim kecil kami, ada empat pendaki yang didampingi satu pemandu. Pertama, Viridiana Alvarez, perempuan asal Meksiko yang luar biasa tangguh.

Saya baru tahu setelah kembali ke basecamp bahwa dia adalah pemegang rekor dunia sebagai perempuan pertama yang berhasil mendaki “The Fourteen 8.000” dan “The Seven Summits”. Pantas saja dia begitu lincah di medan yang sulit.

Kemudian ada Pascual Adolfo, pendaki asal Spanyol berusia 65 tahun. Meski sudah pensiun, semangatnya luar biasa. Bahkan ketika pipinya terkena batu hingga berdarah pada awal pendakian, dia tetap melanjutkan perjalanan tanpa ragu. Pascual menjadi inspirasi saya. Jika dia bisa, mengapa saya tidak?

Syarifudin, seorang notaris dari Jakarta, juga bergabung bersama kami. Namun, tak semua orang bisa menyelesaikan perjalanan ini. Pada 50 meter pertama, Syarifudin memutuskan mundur karena merasa tidak sanggup melanjutkan. Itu mengingatkan saya bahwa pendakian ini memang bukan untuk semua orang.

Dan terakhir, Ruslan Budiarto, pemandu kami yang berasal dari Bandung. Ruslan adalah sosok yang memastikan kami terus melangkah, memberikan arahan, dan membantu kami menghadapi setiap tantangan di depan.

Carstensz Pyramid
Penulis saat berada di puncak Carstensz Pyramid.(Foto: Dok. Ikhsan Tualeka)

Pendakian Menuju Puncak

Pendakian dimulai pukul dua dini hari. Waktu ini dipilih agar kami bisa tiba di puncak saat cuaca masih cerah. Medan menuju Carstensz Pyramid penuh dengan tantangan. Lereng curam, batuan vertikal, dan jembatan tiga tali yang harus diseberangi dengan hati-hati menjadi ujian mental dan fisik.

Saya masih ingat, di tengah perjalanan, saya bergumam dalam hati, “Jika Pascual yang sudah sepuh bisa, saya juga harus bisa.” Semangat itu terus saya pegang, bahkan ketika harus melompati batu-batu besar dengan jurang di kedua sisinya.

Setelah tiga jam yang penuh adrenalin, kami akhirnya mencapai puncak Carstensz Pyramid. Rasanya sulit diungkapkan dengan kata-kata. Di ketinggian ini, dengan panorama yang menakjubkan, semua perjuangan terasa terbayar lunas.

Perjalanan Turun yang Penuh Risiko

Namun, seperti kata banyak pendaki, tantangan sebenarnya justru ada saat turun. Teknik rappelling yang mengandalkan alat Figure Eight menjadi kunci untuk menuruni tebing-tebing curam.

Tapi, hujan es membuat semuanya menjadi lebih sulit. Tali yang licin dan tenaga yang mulai terkuras membuat kami harus ekstra hati-hati.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2 3Next page

Berita Serupa

Back to top button