Nasional

Membincang Buku “Matahari di Atas Rante Mario” Karya Andi Makmur Makka

Mantan Pemred Harian Republika, dan punya rekam jejak panjang di dunia jurnalistik ini, selain menulis novel, juga telah menerbitkan kumpulan puisi, menulis naskah drama dan cerpen. Ia pernah jadi Redpel Majalah Mimbar bersama Nurcholis Madjid, Adi Sasono, Sugeng Saryadi, dan Fahmi Idris.

Selama 20 tahun menjadi PNS, terakhir sebagai Staf Ahli Menristek /Ketua BPPT Bidang Informasi. Pernah pula sebagai Direktur Komunikasi The Habibie Center. Ada 63 buku mengenai Prof Dr Ing BJ Habibie yang ditulisnya, salah satunya Mr Crack dari Parepare (biografi).

“Saya bersentuhan dengan Pak Andi Makmur Makka, lewat terbitan Media Watch dari The Habibie Center,” ungkap Rusdin Tompo, yang diminta sebagai penanggap kedua.

Rusdin Tompo yang dikenal sebagai penulis dan pegiat literasi itu mengaku, dia banyak mendapat asupan informasi dan pengetahuan dari Media Watch terbitan The Habibie Center.

Menurutnya, modalnya membaca majalah itu membuat dia melek media. Itulah yang jadi dasar mengapa dirinya masuk sebagai komisioner KPID Sulawesi Selatan.

Terkait novel “Matahari di Atas Rante Mario”, Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan itu, mengatakan banyak pengetahuan yang diberikan di antaranya, gambaran tentang sistem pendidikan dan tata pemerintahan pada masa kolonial. Ada banyak istilah dan kosakata bahasa Belanda dan bahasa Bugis, yang perlu diterjemahkan atau diberi catatan kaki.

WhatsApp Image 2024 10 27 at 19.06.37 1

Novel ini juga punya banyak kandungan nilai yang bisa jadi pembelajaran, seperti nasionalisme, berani karena benar, teguh memegang prinsip, serta kepedulian dan panggilan untuk melawan ketidakadilan. Menurut Rusdin Tompo, pendekatan gaya penulisan secara kronologis membuat novel ini relatif ringan dipahami dari segi alur cerita.

“Sub-sub bagian dari novel ini tidak terlalu panjang, sehingga bisa membacanya tak harus sekali jalan,” lanjut Rusdin Tompo.

Dalam acara diskusi buku yang dipandu Ramly Usman ini, acara dibuka oleh lantunan sinrilik Arif Daeng Rate. Cara ini terasa segar, saat pasinrik dengan penampilan khas busana hitam-hitam itu berkisah tentang konflik dan pertempuran yang dicuplik dari kisah dalam novel.

Menurut Nurwana, Program Manager Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan, sebagai penyelenggara acara bedah buku, selain berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat, lembaganya juga peduli terhadap aktivitas literasi.

Acara diskusi buku merupakan salah satu bentuk upaya Dompet Dhuafa memajukan gerakan literasi, berkolaborasi dengan berbagai komunitas, termasuk dengan SATUPENA.(RED)

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DIĀ GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2

Berita Serupa

Back to top button