
Dirgahayu Indonesia tanah airku, dirgahayu Maluku tanah pusaka, tanah datuk-datukku. Realisme historis menunjukan imaginasi lahirnya Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan posisi strategis Maluku sebagai the spice island.
Ini yang menjadikannya dikenal di hampir semua belahan dunia, sekaligus menjadikan Maluku baik sebagai wilayah perjumpaan pelbagai bangsa dan peradaban dunia, tetapi juga sebagai wilayah kontestasi pelbagai bangsa di dunia untuk memperoleh kekayaan dan kemakmuran dari tanah Maluku. Banga-bangsa tersebut antara lain bangsa China, India, Arab, hingga masa kolonialisme Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, hingga Jepang.
Untuk mempertahankan dan memperjuangkan hak dan kehormatan tanah Maluku, maka lahirlah perjuangan rakyat Maluku yang dipimpin oleh putera-puteri terbaik tanah Maluku, yang dikenal sebagai pahlawan perintis kemerdekaan.
Para pahlawan tersebut antara Kapitan Kakiali dan Tulukabessy (1645), Pattimura, Martha Cristina Tiahahu, Said Parinta, dan Anthony Rhebok (1817), yang dikenal pula sebagai pahlawan cengkeh dan pala. Hingga pahlawan kemerdekaan seperti A.M. Sangadji, DR. Leimena, Latuharhary, Ay. Patty, dll. Hingga momentumnya Maluku menjadi salah satu dari 8 provinsi pertama pendiri negara Republik Indonesia (RI), dan pilar kemerdekaan RI.
Komitmen dan dedikasi para putera-puteri terbaik tanah Maluku, untuk tanah air Indonesia tidak pernah redup. Api perjuangan dari harum semerbak bunga cengkeh dan pala, terus mekar dan mawangi, dalam mengisi kemerdekaan RI, seperti Leimenaa, Ay. Patty, Latuharhary, Ir. Putuhena, dan Prof. Siwabessy (sebagai deretan putera-putera terbaik yang pernah menjadi Menteri atau pejabat negeri ini di era Orla hingga Orba).
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi