Mahasiswa Unpatti Dituntut Perkuat Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara
potretmaluku.id – Mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, dituntut untuk memiliki wawasan kebangsaan dan jiwa bela negara yang tinggi. Kedua hal ini harus selalu melekat dalam diri anak bangsa terutama para kaum intelektual (mahasiswa).
Ihwal ini disampaikan Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol. Roem Ohoirat kepada mahasiswa dan seniman budaya, saat mengisih ceramah wawasan kebangsaan dan bela negara, di aula lantai II Gedung Rektorat Unpatti, Sabtu (17/12/2022).
Dalam ceremahnya, Ohoirat meminta para mahasiswa agar memiliki hal tersebut. Artinya, jika memiliki jiwa bela negara yang tinggi di dalam diri, kata dia, rasa memiliki terhadap nusa dan bangsa akan melekat. Sehingga tidak terpengaruh dengan doktrin-doktrin sesat yang bermuara memecah belah keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Ada beberapa negara besar di luar sana yang dulunya maju pesat, seperti Yugoslavia dan India. Negara ini mirip dengan Indonesia. Namun saat ini mereka telah terpecah belah menjadi beberapa negara,” katanya.
Di Yugoslavia dan India, lanjut Ohoirat, terdapat semua agama dan suku. Namun saat ini mereka terpecah dan menjadi beberapa negara kecil. India dulunya terdapat dua agama besar, yaitu Hindu dan Islam. Saat ini terpecah sehingga yang hindu tetap menjadi India, dan muslim menjadi negara Pakistan.
“Lalu kemudian Pakistan itu terpecah lagi dan melahirkan negara Bangladesh, akibat adanya konflik sosial antara suku dan agama yang ada di sana,” jelasnya.
Ohoirat berharap, bangsa Indonesia dapat mengambil pelajaran berharga dari negara India yang terpecah belah menjadi beberapa negara kecil.
“Sebagai warga negara Indonesia, hal tersebut perlu menjadi pelajaran, karena negara kita ini merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang banyak. Ada ragam suku bahasa dan agama. Jika tidak diantisipasi, kita akan terpecah sebagai mana bangsa India,” ujarnya.
Ohoirat menyampaikan terdapat 4 pilar kebangsaan yang harus tertanam dengan kuat dalam sanubari. Keempat pilar kebangsaan harus dijabarkan ke dalam kehidupan berkebangsaan.
Yaitu Pancasila yang merupakan dasar atau pondasi terbentuknya bangsa Indonesia. Kemudian UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika yang menjadi landasan dalam mempersatukan perbedaan.
Ohoirat mengaku, yang menjadi acaman terhadap NKRI saat ini adalah sikap intoleransi dari segelintir orang. Artinya mereka menganggap kelompoknya yang paling benar sehingga menyampingkan yang lain.
“Sikap intoleran perlu diantisipasi. Jika dibiarkan, akan melahirkan faham radikal. Dan faham radikal ini akan berlanjut pada tindakan terorisme yang dampaknya sangat fatal,” ungkap Ohoirat.
Juru bicara Polda Maluku ini, juga mengingatkan mahasiswa agar berhati-hati dan bijak dalam menggunakan sosial media (sosmed). Pasalnya, kata Ohoirat, sosmed memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar.
Melalui sosmed, siapa saja bisa mengupload atau memposting apa yang menjadi keinginannya, baik tentang konten, informasi, termasuk berita hoaks dan SARA yang berpotensi mengganggu kamtibmas.
“Di Maluku, kita pernah mengalami konflik sosial yang sangat memilukan. Penyebab kerusuhan bisa membesar akibat berita hoaks yang tersebar di tengah-tengah masyarakat, tentu oleh oknum-oknum yang tidak bertangung jawab,” katanya.
Kerusuhan meledak dengan besar dan cepat, sambung dia, lantaran berita-berita hoaks. Padahal pemicunya hanya masalah kecil antara sopir angkot di kawasan Desa Batu Merah.
Mantan Penyidik Bareksrim Polri ini mengatakan, berita hoaks yang memicu kerusuhan Maluku telah berdampak besar dan memakan korban jiwa maupun harta benda yang berlimpah.
“Hoaks itu sangat berbahaya. Jika ada informasi yang diterima dan dianggap dapat memicu gangguan kamtibmas, maka jangan disebar ke orang lain lagi, karena sama halnya kita ikut menyebar hoaks dan akan membuat kegaduhan di tengah masyarakat,” jelasnya.
Ohoirat mengingatkan, tugas bela negara bukan saja kewajiban dari aparat TNI dan Polri. Namun merupakan kewajiban seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
“Bela Negara ini bukan saja dilakukan dengan mengangkat senjata, namun bisa dengan kegiatan positif lainnya dalam membangun bangsa ini,” ujarnya.
Dia juga mengajak seluruh mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya terus memperkuat budaya pela dan gandong. Sebagai orang bersaudara di Maluku, setiap orang penting menjaga silaturahim demi membangun daerah ini lebih baik ke depannya.
Ohoirat pun mengajak seluruh peserta di Gedung Rektorat tersebut agar tidak menciptakan kubu-kubuan. Prinsipnya membangun kesadaran dalam bertoleransi merupakan misi kemanusian yang mulia.
“Ini dilakukan untuk terciptanya keharmonisan antar sesama mahasiswa di dalam lembaga pendidikan, sehingga tercapai nilai-nilai kebinekaan,” pintanya.
Dalam kesempatan tersebut juga, Ohoirat mendapat penghargaan berupa cendera mata dari Kampus Unpatti Ambon. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Dekan Fakultas FISIP Unpatti Ambon.
Sekedar diketahui, Selain Kabid Humas Polda Maluku, pemateri lain yang mengisih ceramah, masing-masing, Dekan Fakultas Hukum, Dekan Fakultas FKIP dan Dekan Fakultas FISIP Unpatti Ambon. (NAB)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi