
Di luar sisi statemen normatif dari Ketua DPR itu, jika kita lihat secara saksama ternyata pengangkatan seorang Pati di tubuh TNI oleh Presiden saat ini, sebenarnya meniru yang pernah dilakukan Presiden Soeharto, dimana sejumlah Kasad dan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab) pada zamannya, adalah mereka yang memiliki relasi kedekatan pribadi dengannya sebagai ajudan. Sebut saja Jenderal Tri Soetrisno, Jenderal Wiranto, Jenderal Subagyo HS dan Jenderal Soeyono mereka adalah Kasad, Kasum hingga Pangab.
Sama juga saat Presiden Joko Widodo mengangkat Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI. Pengangkatan ini tidak terlepas dari kedekatan mereka, dimana pada tahun 2010 lalu Marsekal Hadi pernah mengemban jabatan sebagai Komandan Pangkalan Udara (Dan Lanud) Adi Soemarmo, Solo yang bertepatan dengan Joko Widodo tengah menjabat periode kedua selaku Walikota Solo.
Padahal karier Marsekal Hadi di Angkatan Udara (AU) biasa-biasa saja sebelum menjabat sebagai perwira tinggi bintang satu. Ia hanya bertugas sebagai pilot pesawat angkut Cassa, salah satu jenis pesawat angkut ringan.
Ia mulai menanjak kariernya saat dia diangkat menjadi Komandan Lanud Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah pada 2010. Awalnya hendak ditempatkan di Lanud Hussein Sastranegara, Bandung, namun ia kemudian ditempatkan di Lanud Adisumarmo, Solo.
Di Kota batik itu ia bersua Joko Widodo yang saat itu menjadi Walikota Solo. Tatkala Joko Widodo menanjak kariernya hingga ke jabatan Presiden seiring sejalan karier Marsekal Hadi pun menanjak, karena diperhatikan sohibnya itu.
Ia pun mengemban jabatan Sekretaris Militer (Sekmil) Presiden, Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan (Irjen Kemenhan), Kepala Staf AU (Kasau) hingga dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Panglima TNI pada 08 Desember 2017. (Tempo, 09/12/2017).
Begitu pula keterpilihan Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kaporli), juga tidak terlepas dari pengenalan Presiden Joko Widodo terhadapnya. Pasalnya pada tahun 2011 lalu Jenderal Polisi kelahiran Ambon 05 Mei 1969 ini pernah mengemban jabatan sebagai Kepala Kepolisian Resort Kota (Kapolresta) Surakarta, yang juga seiring sejalan dengan Joko Widodo tengah menjabat periode kedua sebagai Walikota Solo.
“Duet” mereka berlanjut ke Istana. Pada waktu Jokowi menjadi presiden di periode pertama, Jenderal Polisi Sigit dipilih pula sebagai ajudan pertama Presiden Joko Widodo. Sebutan Sigit sebagai “the president man” alias “orangnya Jokowi” pun lekat sejak itu.
Ia menjadi ajudan Presiden Joko Widodo sejak 2014 sampai dengan 2016, selanjutnya ia mengemban jabatan sebagai Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Banten serta Kepala Devisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Markas Besar Polri.
Tak berhenti sampai disitu kariernya di Kepolisian, Jenderal Polisi Sigit kemudian menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri pada Desember 2019. Saat itu, ia dikenal dengan sejumlah kasus, yakni penangkapan Djoko Tjandra hingga pengungkapan penyerang penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Hingga pada 27 Januari 2021, ia dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjadi Kapolri. (Kompas, 27/01/2021). Akhirulkalam, tentu sesuatu yang tidak terjadi secara kebetulan, tapi didasari oleh relasi kedekatannya dengan Joko Widodo sejak di Kota Solo.(*)
IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DIĀ GOOGLE NEWS

Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi