Kutikata

Kumpul Samua

KUTIKATA

Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)


Kumpul samua” (=kumpulkan semuanya) “jang ada yang tacere” (=jangan ada yang terpisah).

Istilah atau tindakan “kumpul” ini menjadi menarik disimak. Masyarakat di kepulauan Maluku (Maluku, Maluku Utara), “biking apapa tuh deng bakumpul” (=melakukan apa pun dimulai dengan berkumpul). Malah “rekeng apapa tuh jua kumpul dolo baru rekeng” (=menghitung apa pun juga, dikumpulkan dahulu baru dihitung).

Gae pala kasjatuh, punggul, kumpul dolo baru rekeng. Su bala lai, kumpul koi smua baru rekeng, la rekeng jua lima-lima” (=menarik buah pala hingga jatuh, dipungut, dikumpulkan terlebih dahulu kemudian dihitung. Setelah dibela, isinya pun dikumpulkan pula kemudian dihitung, dan caranya dengan kelipatan lima).

“Pulang redi lai, ikang tuh kumpul smua baru rekeng ada brapa loyang ka brapa ekor” (=sepulang menjala ikan pun, ikan dikumpulkan dahulu kemudian dihitung ada berapa bokor atau berapa ekor). “Jang kata redi, pi huhate lai, dapa ikang brapa ekor tuh rekeng akang par satu cucu” (=tidak usah sampai menjala, huhate juga setiap ikan berapa pun tidak dihitung jumlah ekornya tetapi satu cucuk/tali untuk mengumpulkan semua ikan yang diperoleh).

“Jadi seng bisa rekeng satu-satu, mar sakumpul” (=jadi tidak bisa hitung satu-satu tetapi sekumpulan). “Mau biking apapa lai musti kumpul baru baku ator” (=ketika hendak melakukan suatu kegiatan pun harus berkumpul guna mengaturnya), “seng bisa biking iko diri sandiri pung mau” (=tidak bisa mengikuti kehendak pribadi).

Karena itu, “kalu dapa unju, kumpul samua, jang ada yang tacere” (=jika anda ditunjuk memimpin, kumpulkan semua, jangan ada yang terpisahkan). “Antua di atas jua seng suka katong hidop par diri sandiri” (=Tuhan pun tidak mau kita hidup untuk diri sendiri), “Antua lebe suka kalu katong bisa kumpul samua la ator samua babae” (=Tuhan lebih suka kita kumpulkan semua orang lalu mengatur segala sesuatu dengan baik).

“Jadi seng boleh ada yang hidop par diri sandiri, ka pikir diri sandiri sa” (=jadi tidak boleh ada yang hidup atau memikirkan dirinya saja). “Bila parlu, biking par orang kamuka, baru ator katong pung” (=bila perlu melakukan sesuatu untuk kepentingan orang banyak dahulu, kemudian untuk diri kita). “Mar biasa jua kalu orang samua sanang, katong labe-labe lai” (=tetapi biasanya jika semua orang senang, lebih lagi kita).

Har’ Ampa, 9 September 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button