KomunitasSosok

Dr H Syahriar Tato dan Komunitas Makkareso (Makassar Creative Society)

SOSOK

Oleh: Rusdin Tompo (Koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan)


Setelah melihat-lihat koleksi buku penyair M Anis Kaba di rumahnya, di Jalan Kelinci No 6 Bonto Lebang, Kecamatan Mamajang, saya, Rahmat Soni Daeng Romo, dan tuan rumah ngobrol ringan. Saat itu, awal Juli 2016, masih dalam suasana Idulfitri, saya diajak Romo ke rumah pria yang selalu bertopi fedora itu. Saya memang sudah lama tertarik dengan ribuan koleksi bukunya yang terawat baik.

Sambil ditemani kopi hangat, saya bercerita tentang Komunitas Utan Kayu di Jakarta, yang pernah saya kunjungi saat mengikuti pelatihan jurnalisme radio, tahun 1998. Di komunitas, yang antara lain dimotori oleh Goenawan Mohammad, seorang penyair dan tokoh pers nasional ini, terdapat galeri, teater, toko buku, dan Radio KBR 68H. Di sini juga ada kantor Institut Studi Arus Informasi (ISAI). Saya terobsesi dengan tempat atau komunitas seperti itu. Begitulah yang saya kemukakan kepada kedua teman diskusi saya hari itu.

Romo menyampakan, bahwa dia akan mencoba meneruskan ide ini kepada Bapak Syahriar Tato. Menurut Romo, siapa tahu beliau tertarik. Karena rumahnya besar dan cocok untuk aktivitas komunutas.

Rumah di Jalan Bau Mangga itu memang terbilang besar. Bayangkan, saking luasnya, rumahnya terhubung dari Bau Mangga II hingga Bau Mangga III. Rumah itu juga pernah bakal jadi kampus Institut Kesenian Makassar (IKM), ketika Syahriar Tato sebagai Rektor IKM.

Dr Syahriar Tato, sebagaimana nama yang tertera pada judul tulisan ini, merupakan seorang pembelajar. Dari deretan gelar akademik yang disandang lelaki kelahiran Pinrang, 21 Februari 1951 itu, tampak bahwa beliau sangat menikmati dunia pendidikan. Nama lengkap penerima ASEAN Executive Award 2005 ini adalah Dr Ir Drs H Syahriar Tato, SH, SAB, S.Sn, MS, MH, MM, M.Ikom, IPM.

Syahriar Tato punya aktivitas seabrek. Dia seorang birokrat, pernah menjabat sebagai Plt Kadis Tata Ruang dan Permukiman (Tarkim) Provinsi Sulawesi Selatan, aktor peran dalam sejumlah film, di antaranya film “Silariang: Keabadian Cinta”, pemain sinetron, yang bisa dilihat dalam “Tukang Bubur Naik Haji”, dan pemain teater.

Ketua Umum Persatuan Artis Film (PARFI) Sulawesi Selatan ini juga punya predikat sebagai penyair, dan akademisi yang sudah menerbitkan sejumlah buku.

Romo kemudian menyampaikan rencana pendirian sebuah komunitas, termasuk tempat untuk kegiatan komunitas itu kepada Bapak Syahriar Tato. Malam harinya, Romo mengontak saya. Dia katakan, Pak Syahriar bersedia, tapi rumahnya itu ditawarkan untuk disewa. Romo menyebut angkanya. Saya bilang, kalau disewa tidak bisa karena tidak ada duitnya.

Pagi harinya, Romo kembali menghubungi saya. Dikatakan, Pak Syahriar mau bertemu. Kami lalu bikin janji akan bertemu pagi itu juga pukul 10 di Kafe Baca Jalan Adyaksa No 2. Saat bertemu, Pak Syahriar menyampaikan bahwa di rumahnya tengah dirintis perpustakaan Juragan Jacky, mengambil nama tokoh yang dia perankan di salah satu program acara Celebes TV.

Kami lalu mendiskusikan rencana komunitas, konsep dan kegiatan serta namanya. Saya mengutak-atik nama komunitas itu. Disepakati, namanya Makkareso, atau Makassar Creative Society. Meski kurang pas dengan akronimnya, tapi kata makkareso, yang dalam bahasa Bugis, berarti kerja keras itu, dirasa cocok. Enak disebutkan, dan punya makna dalam akar budaya kita.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

1 2 3Next page

Berita Serupa

Back to top button