Dinsos Tak Punya Rumah Singgah, Gepeng di Ambon Menjamur
potretmaluku.id – Gelandangan dan pengemis (Gepeng) di Kota Ambon akhir-akhir ini kian menjamur. Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon belum mampu mengatasi gepeng di Kota Ambon.
Pasalnya, untuk menangani gepeng, pemkot melalui Dinas Sosial (Dinsos) harus memiliki fasilitas berupa rumah singgah untuk menampung ratusan gepeng yang tersebar di kota Ambon.
Dinsos Ambon sendiri mencatat, sebanyak 300 lebih gepeng yang tersebar di pusat Ibukota Provinsi Maluku ini. Kebanyakan dari mereka adalah anak di bawah umur.
Kepala Dinsos Kota Ambon, Nurhayati Jasin kepada potretmaluku.id mengatakan, saat ini pihaknya tidak bisa berbuat lebih terkait pengentasan masalah gepeng di Kota Ambon.
Untuk mengatasi gepeng, lanjut dia, Dinsos harus memiliki rumah singgah untuk menampung para gepeng. Yang jadi soal adalah, Dinsos tidak punya rumah singgah.
“Untuk atasi itu, kita harus melakukan razia. Tapi kalau razia, kita mau tampung mereka dimana?. Sementara kantor Dinas saja, kita masih sewa,” ujar Nurhayati, Rabu (28/09/2022).
Kata dia, jangankan rumah singgah untuk menampung gepeng, Dinas Sosial sendiri tidak memiliki gedung kantor yang permanen, sehingga kantor yang ada ini statusnya sewa.
Tidak adanya rumah singgah menjadi problem bagi dinas sosial untuk mengentaskan gepeng di Ambon. Sebab, kalau melakukan razia dan dikembalikan ke keluarga, besoknya mereka kembali berkeliaran.
Dia juga mengaku, dari tahun ke tahun pihaknya telah mengajukan usulan pembangunan rumah singgah, tapi tidak pernah dikabulkan.
“Kita sudah usulkan ke pemkot untuk rumah singgah. Tapi, karena kondisi keuangan daerah yang ada, ditambah lagi dengan refocusing dalam rangka efisiensi, sehingga itu belum terealisasi,” jelasnya.
Menurutnya, jika dinsos memiliki rumah singgah, tentu upaya penanganan gepeng di Ambon akan dimaksimalkan, dengan melakukan razia, kemudian menampung, memberikan pembinaan hingga memberikan pemberdayaan.
Dia mengaku, rata-rata gepeng di Kota Ambon itu berasal dari luar wilayah Ambon, ada yang dari Pulau Seram, dan juga Sulawesi Tenggara dan beberapa daerah lainnya.
“Ada juga yang dari Kota Ambon yang orang tuanya adalah penerima PKH. Tapi yang paling banyak itu dari Sulawesi Tenggara,” tandasnya. (HAS)
IKUTI BERITA LAINNYA DIĀ GOOGLE NEWS
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi