Pendapat

Desain Interior: Penerapan Unsur Lokalitas dalam Rumah Ibadah (Gereja)

Desain interior adalah salah satu cabang seni rupa, yang fokus terhadap perancangan ruang dalam suatu bangunan. Banyak yang menganggap bahwa desainer interior sama dengan dekorator interior. Padahal memilih dan mencocokkan dekorasi hanyalah bagian kecil dari desain interior.

Desain interior adalah proses penyusunan dan penciptaan elemen-elemen interior agar menjadi suatu kesatuan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu pada aspek estetis, keamanan dan kenyamanan ruangan.

Desain interior terdiri dari dua suku kata, yaitu “desain” dan “interior”. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) desain berarti “kerangka bentuk; rancangan”, jadi desain adalah kegiatan merancang suatu rancangan.

Desain Interior juga menjadi suatu kebutuhan dalam merancang rumah ibadah. Rumah ibadah sendiri merupakan suatu tempat yang digunakan oleh sekelompok umat beragama untuk melakukan ibadah sesuai kepercayaan yang dianut.

Perancangan rumah ibadah (gereja) dan lingkungan sekitarnya, hendaknya serasi dengan situasi setempat dan sesuai pula dengan tuntutan zaman. Maka dari itu, tidak cukup kalau hanya syarat-syarat minimal untuk perayaan ibadah dipenuhi. Hendaknya juga diusahakan agar umat beriman, yang secara teratur berhimpun di situ, merasa nyaman.

Screen Shot 2021 04 08 at 12.26.17
Gedung Gereja Zebaoth, Jemaat GPM Rutong, Pulau Ambon.(Foto: Dok. Penulis)

Penerapan unsur lokalitas dalam perancangan juga merupakan salah satu hal yang menarik, karena dengan penerapan tersebut dapat memperkenalkan unsur lokalitas kepada setiap orang yang berada di dalam rumah ibadah. Sudah menjadi pengertian umum bahwa peranan budaya sangat besar. Hal ini dapat dilihat melalui penerapannnya diberbagai hal, meliputi segala aspek kebutuhan hidup manusia baik bersifat jasmani maupun rohaniah.

Ornamen khas Maluku salah satunya menjadi contoh untuk penerapan unsur lokalitas di dalam rumah ibadah. Maluku memiliki banyak ragam hias budaya warisan nilai leluhur berupa ornamen etnis yang merupakan kesenian dan keterampilan kerajinan. Setiap ornamen mempunyai makna dan nilai filosofis. Makna dan nilai filosofis menunjukan kedalaman pemahaman terhadap nilai-nilai lokal daerah Maluku yang sampai sekarang masih bertahan dan terus dikembangkan.

Mempertimbangkan tata ruang ibadah, rancangan harus tumbuh dari kesadaran bahwa ibadah adalah kegiatan jemaat yang berhimpun. Beberapa komponen ruang liturgis, yang semestinya ada di dalam sebuah gedung gereja, hendaknya memperhatikan aspek keserasian maupun keramahan. Sebab ruang yang ramah akan mengantar dan memupuk, bukan menghambat kegiatan manusia.

Dengan demikian ruang dirancang memungkinkan anggota jemaat dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan ibadah dan merasakan bahwa masing-masing individu (termasuk pelayan) merupakan bagian dari persekutuan dalam Tuhan.

Screen Shot 2021 04 08 at 12.32.57 copy

Penulis: Emanuelaj Irene Maspaitella
(Mahasiswi Desain Interior, Universitas Kristen Petra Surabaya)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button