Kutikata

Dengar Suata Sa Su Tau Rupa

KUTIKATA

Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)


Meneer-meneer yang bae tuh, dengar suara sa su tau rupa” (=pimpinan yang baik itu, cukup mendengar suaranya saja sudah ketebak wajahnya). Ini ilustrasi yang menerangkan tentang “orang bae-bae” (=orang yang baik), “samua orang kanal” (=dikenal semua orang), “samua tunggu” (=ditunggui semua orang), “samua suka” (=disukai semua orang), “samua turut” (=dituruti semua orang).

Barang mangapa kong?” (=Mengapa demikian?), “dong tuh sapa sa” (=mereka itu bergaul deng siapa saja), “tar pilih-pilih” (=tidak memilih-milih), “mau anana upeng alus ka sampe su rambu putih, pokonya sapa sa” (=entah anak kecil sampai berubah putih, siapa saja).

Mar meneer-meneer tombong saparo tuh, tar jadi paske” (=namun tuan/pemimpin-pemimpin yang sukanya hanya bergaya itu tidak bisa diharapkan sama sekali). “Dari sapuluh orang sa mangkali dia kanal satu sa, la itu jua tar tau nama babae lai” (=dari sepuluh orang, mungkin satu saja yang dikenalinya, malah nama orang itu tidak diketahuinya secara pasti), “la kalu panggel tuh deng oe-oe sa, lebe lai pasi bibir par unju orang” (=kalau memanggil orang tidak menyebut nama mereka, hanya dengan sebutan oe-oe atau dengan bibir manyun laksana menunjuk orang yang dimaksud).

Beda langit deng bumi deng meneer yang bae. Lia anana upeng yang barmaeng kuda banjur ka kacong sa antua tau sapa pung ana” (=beda langit dan bumi dengan pemimpin yang baik. Melihat anak kecil bermain kuda-kudaan atau kacong saja ia tahu itu anak siapa; “kacong” itu sejenis permainan anak-anak. Kacong dibuat dari rerumputan tertentu yang diambil segegnggam dan diikat menjadi satu lalu dimainkan dengan menggunakan satu kaki seperti jugling bola kaki).

Meneer-meneer yang bae tuh, kalu malang galap buta, antua suara di ujung straat sa katong su tau itu siapa” (=pemimpin yang baik itu dalam malam gulita pun, mendengar suaranya di ujung jalan pun kita tahu itu siapa).

Kalu datang ka katong rumah, pas dengar suara, biar masih jao lai, katong su lari kaluar par tunggu di muka pintu” (=jika datang ke rumah kita, begitu mendengar suaranya, walau masih jauh, sudah kita songsong di depan pintu).

Sio, pas maso tar tanya laeng, mula tuh deng tanya dong ada makang apa?” (=Sungguh, begitu masuk ke rumah, tidak menanyakan hal lain, dimulai dengan apa yang kalian makan). “Sio, perhatikan sampe katong pung isi poro paskali” (=sungguh, memperhatikan sampai isi perut kita). “Mener macang bagitu, jang sampe antua dudu makang di katong meja makang kasiang nih, antua buka tudung saji sa, katong hati su sanang” (=pemimpin seperti itu, jangankan duduk makan bersama kita, membuka tutup saji di meja makan saja hati kita sudah senang).

Beda deng meneer tombong yang tar skeit sadiki lai deng masa raya juta-juta anam nih” (=berbeda dengan yang lain, mereka tidak peduli dengan masyarakat banyak).

Meneer-meneer yang bae tuh, kalu su taru suara, sio katong hati sajo” (=pemimpin yang baik itu, suaranya menenangkan hati). “Dong istori macang katong dengar donci sorga bagitu” (=pembicaraannya laksana kita mendengar kidung dari surga). “Kalu itu makanang, akang maso seng biking kabangkalang” (=bila itu makanan, ketika ditelan tidak membuat tersedak). “Kalu itu aer, akang bunuh aos bae-bae paske” (=bila itu air minum, benar-benar hilangkan dahaga).

Meneer-meneer yang bae tuh, dong pi ka mana sa, orang ekor di blakang” (=pemimpin yang baik itu diikuti banyak orang di belakangnya).

Suara sa su tau rupa” ungkapan itu menegaskan “datang biking orang sanang, seng jadi datang orang seng manahang par tunggu” (=bila datang membuat hati semua orang senang, bila tidak datang, tetap ditunggu dengan sejuta harap).

Salamat Har’ Ahad, 5 September 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button