Pendapat

Cuaca Tak Menentu, Petani Kesulitan

PENDAPAT

Hanya saja, untuk sampai ke lahan tersebut, kami harus berjalan melewati tiga sawah lalu menyeberangi air dan mendaki hingga ke atas lahan tersebut. Biasanya, jika sedang musim hujan, air kolam bekas galian tambang meluap.

Terpaksa, mau tidak mau, kita harus mengambil rute dengan menyeberangi kolam bekas galian itu, yang tentu saja lebih jauh. Kerugian itu, saya yakin dirasakan juga oleh orang lain yang punya sawah dekat dengan lahan kami. Sebab, sawah mereka juga terendam air dari galian tambang yang sangat merusak itu.

Di balik itu, saya suka bermain di sana bersama teman saya, Ica dan Kiki untuk sekadar piknik atau menikmati hasil panen. Kami sering berjalan-jalan di sawah untuk mencari sayur kangkung ikut dengan ibu-ibu atau sekadar foto-foto saja.

Di desa kami, yang berada di Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, mayoritas penduduknya sebagai petani. Padi dan jagung merupakan tanaman yang selalu ditanam bergantian mengikuti musim.

Biasanya para petani membajak sawah menggunakan traktor yang sederhana. Sekarang mereka sudah beralih menggunakan peralatan yang lebih modern (mobil blender).

Saat menanam padi, para petani melakukannya mulai dari menyemai bibit sampai bisa dipindahkan ke lahan yang berlumpur atau siap untuk ditanami. Akan tetapi, yang saya lihat sekarang, ada semacam ketidakpastian.

Akibat keadaan musim yang tidak teratur, seperti kemarau yang berkepanjangan, menyebabkan kekeringan yang akan sulit bagi pertumbuhan padi. Ini membuat sebagian besar petani gagal panen.

Dengan begitu, petani melakukan penanaman padi dengan cara menabur benih pada sawah setelah dibajak, tanpa benihnya disemai terlebih dulu. Pilihan lainnya, mereka menggunakan sebuah alat penanam padi yang lebih simpel dan menciptakan jarak tanam antara padi dengan padi lainnya.

Bila panen tiba, para petani saat ini tidak lagi melakukan cara manual menggunakan sabit. Mereka semua menggunakan mobil khusus untuk memanen padi yang pengerjaannya cepat dan tidak membutuhkan banyak tenaga.

Kondisi dilematis juga terjadi ketika petani menanam jagung pada saat musim hujan. Bila air meluap dapat menyebabkan jagung mati karena kebanyakan air.

Para petani menjadi kesulitan karena tidak bisa memprediksi musim sebagai patokan tanaman apa yang sekiranya cocok untuk saat itu. Ada petani yang menanam semangka karena lahan yang dimilikinya lebih tinggi dari lahan sekitarnya.

Jadi dia bisa mengantisipasi, apabila musim hujan yang membuat air meluap tapi semangkanya tetap aman karena berada di tanah yang lebih tinggi. Menanam semangka akan menjadi pilihan karena panennya cepat, hanya membutuhkan waktu dua bulan.(*)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2

Berita Serupa

Back to top button