Pendapat

Bangun Wacana Publik dari Koran Hingga Televisi

PENDAPAT

Saya bilang ke Pak Iwan dan Pak Mustam, saya beruntung punya jejaring media yang saya rawat sejak lama. Dahulu, ada dua reporter RRI Makassar, yakni Abdul Azis dan Yahya Patta, yang kerap mewawancarai saya, bila ada persoalan menyangkut kasus-kasus anak.

Keduanya merupakan teman yang biasa mengajak saya meliput, ketika saya masih bekerja di Radio Bharata FM sebagai reporter. 

Pada awal menjadi narasumber, semua topik dan waktu wawancara, dicatat dalam sebuah buku. Buku ini juga banyak menyimpan catatan wawancara saya saat masih sebagai reporter radio.

Ilmu rutin dan disiplin mencatat ini saya dapat, ketika menghadiri sosialisasi ISO, di masa masih sebagai reporter radio. Ada satu kalimat yang terekam saat itu. “Catat apa yang Anda kerjakan. Kerjakan apa yang Anda Catat.” Inti pesan kalimat ini adalah konsistensi.

ISO atau International Organization for Standardization merupakan sebuah organisasi yang didirikan di Jenewa, Swiss, tahun 1947. Organisasi ini mengembangkan standar untuk berbagai industri yang mempromosikan kualitas, 

Sayangnya, catatan berisi berbagai topik wawancara, lengkap dengan hari, tanggal, dan waktu siarnya itu raib. Kayaknya ketinggalan di kendaraan, saat saya naik angkutan umum. 

Dalam catatan-catatan itu, juga ada coretan ide-ide tulisan, baik untuk keperluan artikel koran maupun makalah seminar. 

Saya memang suka membuat peta pikiran, meniru mind maps dari Tony Buzan, pengarang Inggris, yang terkenal sebagai pemikir, komunikator, dan tokoh terkemuka di bidang brain.

rusdin 1

Dahulu, sebagai narasumber, saya terbiasa membuat makalah, di samping membuat versi bahasan untuk ditampilkan melalui OHP (Overhead Projector). 

OHP ini alat bantu presentasi visual yang memproyeksikan tulisan atau gambar dari lembaran plastik transparan. Saya menyukai ini. Karena dengan begitu, saya bisa menampilkan keahlian meletter dengan tulisan bervariasi.

Nah, untuk bisa merebut wacana di media cetak, maka saya akan menghubungi wartawan dari media cetak tersebut, setiap kali ada kasus anak yang tengah mengemuka. Saya akan memberi sudut pandang berbeda terhadap kasus aktual itu. 

Tentu saja dengan pisau analisis perspektif anak. Dan sebagai mantan jurnalis, saya paham memainkan kata, kalimat, dan data yang punya nilai berita (news value).

Respons yang lebih analitis-argumentatif-solutif, saya lakukan melalui penulisan artikel. Semangat diversifikasi isu anak membuat saya merespons banyak persoalan hak dan perlindungan anak melalui tulisan. 

Saya terus membangun personal branding dengan fokus menulis dan berbicara hanya melulu isu anak. Sampai kemudian saya diundang sebagai narasumber dalam program acara “Indonesia Siesta” di jaringan Radio Delta FM. Pewawancaranya, artis Shahnaz Haque. 

Radio Delta FM, kala itu, masih bersiaran dari lantai 10 Hotel Sahid Jaya Makassar. Jadi, saya di studio radio tersebut, sementara Shahnaz Haque bersiaran nun jauh di Jakarta. Dari program “Indonesia Siesta” ini saya berkenalan dengan bos Koko Motor, yang menanggapi topik bahasan dalam siaran kami dari Bandung. 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2 3Next page

Berita Serupa

Back to top button