Maluku

Bahas Bentrok Kariuw – Ory, Ketua Paguyuban Ketemu Kapolda Maluku

potretmaluku.id – Pasca bentrok antara warga Ory dan Kariuw, Ketua Paguyuban Negeri Kariuw, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Piter Pattiwailapia menemui Kapolda Maluku Irjen Pol. H. Lotharia Latif.

Pertemuan yang ikut dihadiri Wakapolda, Irwasda, Karo Ops, Direktur Intelkam, Direktur Binmas, Kabid Propam dan Kabid Humas Polda Maluku ini berlangsung di ruang transit Markas Polda Maluku, Kota Ambon, Rabu (26/1/2022).

Kedatangan Ketua Paguyuban Kariuw tidak sendiri. Ia didampingi Samuel Yori Rajawane dan Max Takaria, sebagai anak adat Negeri Kariuw.

Piter menuturkan, sangat menyesal dengan kejadian tersebut. Sebagai anak adat Kariuw, dirinya meminta ada jaminan hukum dari aparat kepolisian

“Kami meminta agar aparat keamanan bisa mengawal masyarakat kembali ke rumah masing-masing,” harapnya.

Senada Piter, Samuel juga meminta perlindungan keamanan dari Kapolda Maluku. Ia juga berharap agar para pengungsi bisa dipulangkan kembali dengan jaminan keamanan.

“Berbicara tentang masalah tanah adat, kami bersedia duduk bersama menyelesaikan masalah tersebut. Kami berharap Polda Maluku dapat mengusut aktor di balik permasalahan kejadian tersebut,” pintanya.

Di tempat yang sama, Kapolda Maluku menyampaikan rasa prihatin dengan kejadian tersebut. Ia mengaku Polri telah mengambil langkah cepat, dalam hal ini berkoordinasi dengan Polresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, serta Satuan Brimob Polda Maluku, maupun unsur TNI dalam membackup kejadian itu.

Dirinya mengatakan pendekatan keamanan dengan tokoh adat menjadi harapan bersama sehingga tidak terjadi konflik lanjutan. Mengingat anggota Polri di lapangan tidak mungkin membackup satu-persatu masyarakat.

“Diharapkan agar akar permasalah sengketa tanah yang terjadi dapat diselesaikan terlebih dahulu, sehingga tidak terulang kembali kejadian demikian, mengingat Polresta Ambon telah menangani masalah yang sama berulangkali,” ujarnya.

Orang nomor 1 Polda Maluku ini menghimbau masyarakat, tokoh adat untuk bisa bekerja sama dalam menangani masih beredarnya senjata-senjata organik di tangan masyarakat.

“Keamanan merupakan tanggung jawab kita bersama, mengingat konflik tersebut bukan hanya merugikan masyarakat tetapi juga anggota kami yang mana juga menjadi korban,” tuturnya.

Mantan Kapolda Nusa Tenggara Timur itu menyebutkan permasalahan tersebut kini menjadi atensi untuk diselesaikan secara bersama-sama.

Tetap pihaknya merespon dengan baik, serta selalu berpikir optimis. , mengingat konflik masalah tanah harus dengan duduk bersama dalam mendiskusikanya, dan mengambil solusi melalui produk hukum yang dituangkan dalam surat.

Penyelesaian kata Kapolda, harus melibatkan semua stakeholder yang ada dalam hal ini BPN dan unsur terkait dan dituangkan secara hukum yang ada dan dapat diterima oleh kedua belah pihak.

Baca Juga: Hidop Baku Sayang

“Rapat awal telah kami laksanakan dalam rangka penempatan Pos pada perbatasan daerah tersebut, yang mana akan dikoordinasikan lanjut dengan TNI dan stakeholder yang ada guna mencapai situasi aman dan kondusif,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Pelauw (IPPMAP) Muhamad Syarief Tuasikal lewat videonya yang diterima potretmaluku.id, Rabu (26/1/2022), mengklarifikasi persoalan bentrok Pelauw, Or dan Kariuw yang disebutnya terjadi adalah lantaran persoalan tapal batas.

“Saya mengklarifikasi, karena ada hoax yang sudah beredar. Jadi peristiwa tadi pagi, yang terjadi antara Pelauw, Ory dengan Kariuw adalah murni persoalan tapal batas, bukan persoalan SARA,” tegasnya.

Baca Juga: Kas’ Ampong

Untuk itu dia mengimbau kepada seluruh masyarakat di Maluku, dan terkhusus yang ada di Kota Ambon untuk tidak menyebar berita hoax.

Syarief juga mengklarifikasi statemen dari Ketua Yayasan Rahmah Ambon Habib Rifki Al Hamid, yang lewat potongan videonya yang menyebut mengutuk pembakaran rumah dan rumah ibadah di Negeri Kariuw.

“Saya minta saudaraku Habib Rifki, agar meralat perkataan beliau, sebab gereja di sana masih berdiri utuh. Sebab tempat ibadah tidaklah boleh dibakar dalam kondisi apapun,” terangnya.

Syarief juga menyinggung pemberitaan di media terkesan tidak berimbang. Karena yang disampaikan hanya informasi korban warga Ngeri Kariuw. Sedangkan korban di Negeri Pelauw yang tertembak senjata api, tidak diberitakan.

Menurut dia, pemicu bentok ini, yakni soal tapal batas, sudah disampaikan pihaknya pada September 2021 di Polda Maluku.

“Waktu itu kami sudah minta tolong dimediasi aparat keamanan, soal persoalan penyerobotan tapal batas yang dimulai dari Uarual, petuanan Pelauw. Dan kami sampaikan juga bahwa persoalan ini bisa memicu konflik antara kedua negeri,” ungkapnya.

Syarief kembali mengingatkan semua pihak, agar bisa menahan diri dan tidak menyebar berita hoax.(WEH)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button