MalukuPerempuan & Anak

Rilis Buku Tentang Kedukaan dan Maluku di Hari Kartini, Dwi Prihandini Harap Jadi Inspirasi Bagi Perempuan Indonesia

potretmaluku.id – Pekerja sosial yang juga pendiri dan direktur lembaga kemanusiaan Clerry Cleffy Institute, Rabu (21/4/2021), meluncurkan buku yang diberi judul ‘Kedukaan’. Acara yang digelar pada momen Hari Kartini ini, berlangsung di Kunstkring, Menteng, Jakarta Pusat ini, dihadiri perwakilan Komnas Perempuan dan sejumlah kerabat dekatnya.

“Harapan saya kisah tentang kedukaan dan Maluku ini, dapat menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan yang mengalami kedukaan, agar mereka tetap dapat melanjutkan hidup menjadi perempuan yang memiliki kasih. Karena seyogyanya seorang perempuan merupakan sumber kasih dalam kehidupan,” ujar Dwi, pada acara peluncuran buku, yang proses penulisannya memakan waktu lima tahun ini.

Dia mengaku menulis buku ini dua minggu, setelah suaminya, Clerry Cleffy meninggal dunia. Sembari menjalani masa berduka dan sembari mengelilingi Maluku terkait pelayanan kemanusiaan.

DSC04073
Dwi Prihandini saat peluncuran buku Kedukaan.(Foto: Dokumentasi pribadi Dwi Prihandini)

“Awalnya saya keliling Maluku untuk menghibur hati. Namun sepanjang pelayanan, saya melihat kesenjangan yang terjadi di pelosok Maluku, khususnya pada anak-anak disabilitas,” ungkap perempuan yang juga Direktur Shedini Anugrah Pelangi ini.

Dwi menyebut pelayanan Clerry Cleffy Institute sungguh tidak mudah. Persoalan demi persoalan menderanya secara bertubi-tubi selama lima tahun ini. Dia punya pilihan untuk berhenti, namun yang dia lakukan justru memacu diri untuk terus melayani Maluku dan menghasilkan karya-karya untuk Maluku.

“Pernah terbersit dipikiran saya apa yang sesungguhnya Tuhan inginkan dalam hidup saya. Sehingga suatu ketika saya berlayar di tengah laut Maluku, saya menengadahkan kepala memandang lautan bintang di langit dan bertanya, Tuhan apa sebenarnya yang Tuhan mau dari saya?” tutur Dwi yang juga Direktur Sparta Spektra ini.

Perlahan-lahan Dwi mencoba mengingat kembali, beberapa dekade yang lalu dirinya pernah meminta pada Tuhan. “Berikan saya kehidupan yang bergelora. Berikan saya cinta bergelora, sehingga tidak ada habisnya untuk saya ceritakan kepada keturunan saya. Dan sejak itu saya tidak pernah bertanya lagi pada Tuhan,” ujarnya.

DSC04087
Dwi Prihandini bersama perwakilan Komnas Perempuan dan kerabat dekatnya yang hadir dalam peluncuncuran buku Kedukaan.(Foto: Dokumentasi pribadi Dwi Prihandini)

“Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan usai, tahun demi tahun sirna. Saya banyak belajar dari Maluku, tentang bagaimana mencintai Maluku sepenuh hati, dan bagaimana melarungkan rasa duka mendalam menjadi sebuah nadir untuk bangkit berdaya dan berdampak,” katanya.

Menurut Dwi, bangkit, berdaya dan berdampak bagi seseorang yang mengalami kehilangan, kedukaan, sungguh merupakan sebuah proses yang panjang. Dia melalui prosesnya, menyangkal, marah, menyesuaikan diri, sampai akhirnya nrimo atau menerima bahwa inilah hidup yang Tuhan berikan padanya.

“Semangat dan kasih Raden Ajeng Kartini yang saya petik, bukan sekedar tentang kesetaraan melainkan juga semangat dan kasih. Bahwa perempuan dapat menjadi kekuatan bagi perempuan lainnya, sehingga perempuan bisa bangkit dari keterpurukannya, berdaya dengan sumber daya yang dimilikinya, dan berdampak bagi sekelilingnya,” sebut Dwi.

Untuk itu dia persembahkan karya ini bagi dua ciptaan Tuhan yaitu almarhum Clerry Cleffy dan anjing kesayangan Dwi, bernama Noah. “Termasuk untuk siapa pun yang mengalami kedukaan, dan untuk perempuan-perempuan yang saat ini tengah berjuang bangkit dari keterpurukan,” pungkasnya.(PM-03)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button