Oleh: Rusdin Tompo (Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan)
“Setiap anak tiba dengan pesan bahwa Tuhan belum jera dengan manusia.” (Rabindranath Tagore, Pemenang Nobel Sastra 1913)
Mendengar kembali rekaman “Mutiara Anak”, yang pernah disiarkan di Radio Simponi 107,8 FM, pada tahun 2012, saya jadi termenung sendiri. Insertion berdurasi sekira 3 menit itu memang sarat renungan, petuah dan nasihat. Meski tujuannya bukan seperti itu.
Awalnya, saya hanya bermaksud memberikan perspektif bagaimana kita–orang dewasa atau orangtua–melihat sosok anak, dari sudut pandang saya, selaku aktivis dan penulis isu-isu anak.
Program yang tayang setiap Rabu dan Minggu, jam 10 pagi dan 5 sore itu, dibuat setelah saya berdiskusi dengan Station Manager Radio Simfoni FM, Lily Tobing. Saya menawarkan ada program yang bersifat edukatif, sesuai segmen radio komunitas ini sebagai radio pendidikan. Dia setuju. Konsep pun mulai dibuat.
Idenya sederhana saja. Nanti ada kutipan kata-kata bijak dari sejumlah tokoh, yang dibaca oleh Lily Tobing. Kutipan itu akan dibuatkan ulasannya oleh saya, menurut tafsir saya.
Indra, dari Radio Mitra Kawanua 91 FM, Manado, diminta tolong membuatkan opening dan closing program itu. Indra merupakan sahabat Lily Tobing, yang pernah di Radio Smart FM. Sekarang Indra tinggal di Solo, berprofesi sebagai coach voice over talent.
Pada saat proses produksi, saya akan ke studio Radio Simfoni FM di Jalan Sumba, Makassar. Di sana baru naskahnya dibuat berdasarkan kutipan kata-kata bijak yang dipilih saat itu. Saya punya banyak stok kata-kata bijak yang saya koleksi sejak lama. Selama proses produksi, Lily yang sangat murah hati ini menjamu saya dengan kopi dan makanan-makanan ringan.
Bahkan kadang saya makan siang di studionya. Bukan itu saja, dia juga akan mengoreksi saya, bila terkesan saya membaca teks, bukan lagi bertutur. Sayang, hanya belasan insertion yang bisa diproduksi.
Saya memang hobi mengoleksi kata-kata bijak. Mungkin sejak saya duduk di bangku SMP, ketika masih tinggal di Ambon. Saat itu, saya mencatat kata-kata bijak tersebut dari majalah INTISARI yang saya pinjam dari tetangga, seorang pegawai Bank Ekspor Impor Indonesia. Namanya, Andi Patahangi Syam. Kata-kata bijak itu biasanya terdapat pada bagian bawah majalah INTISARI. Dahulu orang menyebutnya kata-kata mutiara.
Saya mencatat kata-kata bijak atau kata-kata mutiara itu pada sebuah buku yang khusus untuk itu, dan terus tersimpan rapi. Belakangan saya ketik ulang di komputer. Kata-kata bijak ini sejak era medsos jadi tren tersendiri. Quotes yang bisa jadi inspirasi, motivasi dan nasihat ini, banyak berseliweran di berbagai platform media sosial.
Setelah aktif bekerja pada isu anak dan fokus menulis isu-isu media dan anak, saya kemudian berburu kata-kata bijak itu pada buku-buku yang saya beli, saya temui. Sengaja saya menelisik kata-kata atau kalimat dengan pesan kuat terkait anak. Saya ingin tahu, apa pandangan dan ungkapan tokoh-tokoh besar tentang anak. Para tokoh itu bisa seorang penulis, filsuf, sastrawan, ilmuwan, negarawan, politisi, budayawan, psikolog, dan sebagainya.
Ada beberapa kutipan yang terbilang ikonik saking seringnya orang menggunakan kutipan itu. Di antaranya puisi “Anakmu” karya sastrawan Lebanon, Kahlil Gibran dan puisi Dorothy Low Nolte berjudul “Dari Lingkungan Hidupnya Anak-Anak Belajar“.
Di luar itu, saya mencatat ada banyak tokoh dengan kata-kata yang menggetarkan tentang anak. Javier Peres de Cuelar (Sekjen PBB), Mikhael Gorbachev (Presiden Uni Soviet), Gabriela Mistral (Pemenang Nobel Sastra 1945), Jenderal Douglas MacArthur (Jenderal Bintang Lima asal AS), Herman Hesse (Pemenang Nobel Sastra 1946), Nelson Mandela (Presiden Afrika Selatan), Bung Karno dan masih banyak lagi
Kata-kata bijak koleksi saya itu, kian lama kian banyak. Itu karena beberapa media juga kerap menampilkannya, untuk mengisi kolom majalah atau surat kabarnya. Karena jumlahnya yang banyak, saya lalu membundelnya dan memberi judul “Mutiara Anak”. Inilah yang jadi bahan baku saya membuat program di Radio Simfoni FM tersebut.
Namun sebelum itu, beberapa kata bijak saya gunakan sebagai materi kampanye saat peringatan Hari Anak Nasional (HAN), 23 Juli 2000. Kata-kata bijak bertema anak itu saya desain sederhana, lalu digandakan dengan cara difotokopi pada kertas concorde dan diberi pita. Jadi mirip selebaran, yang dibagikan kepada pengendara saat aksi damai di dekat Monumen Mandala, Jalan Jenderal Soedirman, Makassar.
Pada tahun 2001, kata-kata bijak tema anak itu kami padukan dengan gambar-gambar karya anak-anak dampingan sejumlah LSM anak di Makassar. Perpaduan kata-kata bijak tema anak dan gambar-gambar karya anak-anak itu lantas dibukukan dengan judul “Anak”. Penyusun buku ini, saya dan Fadiah Machmud, kala itu Office Manager Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sulawesi Selatan.
Dalam buku itu, Prof Dr Mansyur Ramly, selaku Ketua LPA Sulawesi Selatan memberikan kata sambutan, juga Purwanta Iskandar, sebagai Kepala Perwakilan Unicef Makassar. Buku ini pernah dititip di Gramedia Mal Ratu Indah untuk dijual dengan sistem konsinyasi. Meski tujuannya sesungguhnya, bukan untuk komersial, tapi lebih sebagai strategi mempromosikan hak-hak dan perlindungan anak.
Kata-kata bijak ini terus bertransformasi dari hanya sepenggal kalimat menjadi pesan-pesan yang saya gunakan untuk berbagai keperluan. Ketika Lembaga Investigasi Studi Advokasi Media dan Anak (LISaN) yang saya dirikan membuat majalah GaLANG, kutipan kata-kata bijak itu juga digunakan. Majalah yang perwajahannya dikerjakan oleh Maysir Yulanwar ini, diterbitkan atas dukungan Plan Indonesia.
Begitupun saat kami melakukan kegiatan lomba menulis surat, puisi dan menggambar bagi anak-anak korban kerusuhan Ambon, kata-kata bijak dari Rizzini dipakai sebagai kutipan poster yang didesain oleh sahabat saya, Embong Salampessy.
Rizzini mengatakan: “Anak-anak adalah awal dari sebuah peradaban. Kemusnahan/kerusakan anak-anak adalah awal kemusnahan sebuah peradaban.
Kegiatan lomba ini merupakan kerjasama LISaN dan TAPAK (Tim Advokasi Penyelesaian Kasus) Ambon. TAPAK Ambon itu merupakan gabungan NGO pro demokrasi dan HAM, beralamat di Mampang Prapatan XI, Jakarta Selatan. Sekretrariat TAPAK Ambon berada di International NGO Forum on Indonesian Development (INFID). INFID sendiri, jadi salah satu anggota TAPAK Ambon.
Kata-kata bijak itu terus bermetamorfosis, dipadu-padankan dengan tulisan-tulisan yang saya buat dalam bentuk opini, esai, atau untuk keperluan buku. Ia semacam roh yang terus hidup dan beranak-pinak dalam tulisan-tulisan saya.
Namun seperti juga mutiara, kutipan sarat makna filosofis-reflektif itu, akan lebih terlihat kilaunya bila rajin diasah dan diasuh lewat tulisan-tulisan.(*)
Gowa, 22 Juli 2023
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi