Maluku

Kontroversi Tiktokers Lilis sebut Pahlawan Nasional Johanis Leimena “Tete Momo”: Begini Reaksi GMKI dan Netizen

potretmaluku.id – Konten kreator TikTok asal Ambon, Lilis, yang sebelumnya terkenal berkat lagu viralnya “Rizal Kasih Beta Uang Merah-Merah”, kini menjadi pusat perhatian. Namun kali ini, bukan karena karyanya, melainkan akibat pernyataannya yang kontroversial.

Dalam salah satu unggahan TikTok, Lilis menyebut Ir. Johanis Leimena, salah satu Pahlawan Nasional Indonesia sekaligus pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dengan istilah “Tete Momo”.

Siapa Johanis Leimena?

Ir. Johanis Leimena adalah seorang tokoh nasional asal Maluku yang memiliki kontribusi besar dalam sejarah Indonesia. Lahir pada 6 Maret 1905 di Ambon, Leimena dikenal sebagai pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan seorang dokter yang berperan penting dalam bidang kesehatan di masa kemerdekaan.

Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan selama beberapa periode, di mana ia memperjuangkan akses layanan kesehatan yang lebih baik bagi rakyat Indonesia.

Nama Johanis Leimena diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) terbesar di wilayah Maluku dan Maluku Utara, yaitu RSUP Dr. Johanis Leimena.

Rumah sakit ini menjadi simbol dedikasi dan pengabdian Leimena dalam memberikan pelayanan kesehatan, khususnya di kawasan timur Indonesia. Warisan perjuangannya tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Maluku, tetapi juga seluruh bangsa Indonesia.

Kejadian Awal: Kesalahan Fatal di Tengah Konten

Peristiwa ini bermula ketika Lilis mengunggah video tentang salah satu tempat makan di kawasan Poka, Ambon.

Dalam video tersebut, ia memberikan panduan lokasi dengan mengarahkan kamera ke Tugu Johanis Leimena, sebuah ikon kota yang berlokasi di bundaran Poka.

Sambil merekam, Lilis mengatakan:

Jadi alamatnya, mari Kaka Lilis kasi tunjuk, itu dia pung alamat e,” sambil kamera menyorot patung Leimena. Ia kemudian melanjutkan, “Di samping patung-patung yang di bundaran Poka, yang badiri-badiri ada buka buku tuh, itu sudah di sana, katong pung tete momo tuh…

Apa Itu “Tete Momo”?

Istilah “Tete Momo” sendiri merujuk pada cerita legenda masyarakat Maluku. Berdasarkan Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, Tete Momo berasal dari kata Tete (kakek) dan Momo (momok), yang diartikan sebagai sosok menakutkan dalam legenda setempat.

Dalam cerita rakyat Maluku, Tete Momo digambarkan sebagai seorang kakek tua yang menyeramkan dan sering menculik anak-anak nakal atau yang tidak mendengarkan orang tuanya.

Sosok ini digunakan oleh para orang tua sebagai cara untuk menakut-nakuti anak agar berperilaku baik, seperti tidur tepat waktu atau mengikuti nasihat keluarga.

Seiring waktu, istilah Tete Momo berkembang menjadi simbol makhluk jahat seperti jin, iblis, atau roh yang mengganggu.

Kritik dari GMKI dan Netizen

Pernyataan Lilis yang menyamakan patung Johanis Leimena dengan Tete Momo memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, terutama GMKI Cabang Ambon. Sebagai organisasi yang didirikan oleh Leimena, GMKI menyayangkan pernyataan tersebut dan menilai bahwa apa yang diucapkan Lilis tidak pantas.

Seorang perwakilan GMKI menyatakan:

Johanis Leimena adalah tokoh yang berjasa besar bagi bangsa dan juga gereja. Menyebut beliau dengan istilah seperti itu adalah bentuk ketidaktahuan sejarah dan budaya.”

Tak hanya GMKI, para netizen juga memberikan komentar pedas di media sosial. Beberapa di antaranya menilai Lilis kurang memahami konteks budaya dan sejarah.

Komentar Netizen:

Lilis itu lucu kalau bikin konten lagu, tapi kalau soal sejarah, mending belajar dulu. Jangan asal sebut.

Tete Momo itu legenda, sedangkan Johanis Leimena itu pahlawan nasional. Jelas beda, ya.

Sebagai orang Ambon, harusnya Lilis lebih paham tentang tokoh besar seperti Leimena. Ini malah mempermalukan diri sendiri.”

Bagaimana kalau patung kakek atau nenek kita dibilang Tete Momo? Jangan asal bicara, apalagi soal tokoh sejarah.”

Konten kreator seharusnya memberi edukasi, bukan asal bikin konten tanpa pikir panjang.”

Refleksi dan Pelajaran Penting

Kontroversi ini menjadi pengingat bahwa sebagai seorang konten kreator, penting untuk memahami konteks budaya dan sejarah sebelum menyampaikan sesuatu ke publik.

Apalagi, Johanis Leimena adalah tokoh yang dihormati, tidak hanya oleh masyarakat Ambon, tetapi juga seluruh bangsa Indonesia.

Lilis, sebagai figur publik, diharapkan bisa lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata di masa depan. Kesalahan seperti ini tidak hanya merugikan dirinya sendiri, tetapi juga mencederai nilai-nilai budaya dan sejarah yang telah dibangun oleh generasi sebelumnya.

Sebagai warga negara Indonesia, menghormati pahlawan nasional seperti Johanis Leimena adalah tanggung jawab bersama. Peristiwa ini juga menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih menghargai sejarah dan memahami budaya lokal sebelum berbicara atau membuat konten.(TIA)

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button