Di Kaki “Surga”, Gergaji Bernyanyi: Kisah Patahnya Konservasi di Kepala Madan
PENDAPAT

Di tempat wisatawan mancanegara menyelam mencari keajaiban, gergaji mesin justru mengoyak akar-akar kehidupan.
Kepala Madan, sebuah kawasan yang mulai dipuja sebagai salah satu surga bawah laut baru di Maluku, hari ini tengah berada dalam persimpangan: antara mimpi wisata premium dan realitas pahit eksploitasi hutan yang membayanginya.
Bayangkan dua lanskap dalam satu tarikan napas: di satu sisi, Pulau Tomahu, Air Jin, dan Pulau Fogi, permata maritim yang ditawarkan dengan penuh bangga dalam katalog wisata internasional. Warna-warni karang, ikan pelagis yang menari, dan ketenangan bak surga tropis.
Di sisi lain, hanya beberapa kilometer dari situ, di kaki Gunung Kepala Madan, mesin-mesin berat perusahaan pemegang izin HPH (Hak Pengusahaan Hutan) mulai menggerus hutan perawan.
Sebuah paradoks yang tak terelakkan: ketika satu tangan mengundang pelancong menikmati keelokan tropis, tangan lainnya merobek lanskap ekologis yang menopang keindahan itu sendiri.
Kawasan hutan bakau Sosolo yang dulunya senyap dan magis, kini bergema suara kamp perusahaan. Air Jin yang semula bening bak kristal dan menjadi favorit fotografer bawah laut dunia, sudah mulai menerima kiriman sedimentasi dari bukit-bukit yang diratakan.
Gunung Kepala Madan, tempat wisatawan berjalan kaki menyusuri jejak burung endemik dan tanaman langka, kini diapit kekhawatiran: akan jadi destinasi ecotourism atau zona industri kayu?
Pada 23 Juni 2025, sebanyak 115 wisatawan dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan negara-negara lain, tiba dengan kapal pesiar Heritage Adventure untuk menyelami eksotisme Kepala Madan.
Mereka disambut dengan makan patita, disuguhi tarian lokal, dan dibawa menjelajah ke Air Jin, Pulau Tomahu, hingga desa Pasir Putih. Namun alih-alih terpesona sepenuhnya, beberapa dari mereka disebut “kaget” bukan karena kagum, tapi karena melihat alat berat bekerja di area yang diklaim sebagai kawasan konservasi.
Bupati Buru Selatan, La Hamidi, tentu menyambut tamu-tamu ini dengan harapan besar. Industri pariwisata diyakini mampu menjadi lokomotif ekonomi baru: membangkitkan UMKM, memperkenalkan budaya lokal, hingga memperluas akses masyarakat terhadap dunia luar.
Pemerintah daerah pun telah menyiapkan masterplan wisata terpadu untuk kawasan Kepala Madan, lengkap dengan pembangunan infrastruktur dan pembentukan kelompok sadar wisata. Tapi pertanyaannya: apakah kita membangun wisata sambil membiarkan ekosistemnya ambruk perlahan?
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi