Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)
“Biking apapa tuh iko akang pung tanoar lai boleh” (=lakukan sesuatu itu ikut tanda/waktunya) maka “ale dapa tambong” (=anda beruntung/memperoleh hasil yang banyak). Bahkan “kalu dapa tambong la bage deng sudara laeng ka buka tangang par balu, dapa bombong” (=jika dapat banyak lalu berbagi dengan saudara lain bahkan menolong para janda/orang miskin, anda mendapatkan sesuatu dengan melimpah).
“Bombong nih ale pung lebe” (=bombong adalah kata yang bermakna menggunung; itu semacam berkat lebih). Yang “bombong” itu tanda bahwa “ale dapa lebe” (=anda memperoleh yang lebih), jadi jika anda “barbage” (=berbagai) “ale tar kurang apapa” (=anda tidak berkekurangan), atau bila itu disimpan, maka “itu bisa par dua tanoar” (=menjadi cadangan untuk dua masa; ungkapan ini menunjuk pada siklus musim Timur ke musim Barat, ada stok bahan makanan yang tetap tersedia).
Semasa kanak-kanak, saya pernah bertanya kepada kakek saya: “Tata, itu bola-bola di atas tumang sagu tuh biking par apa?” (=Tata, sari patih sagu yang dibuat serupa bola di atas tumang sagu itu dibuat untuk apa?), Jawabnya: “par balu dong” (=untuk ibu-ibu janda), karena “tar orang karja par dong lai” (=tidak ada orang yang bekerja untuk mereka). Biasanya di negeri-negeri di Maluku, saat orang mengerjakan sagu, ada tumang yang dikhususkan kepada “balu” atau dibuat “bola-bola” di atas tumang sagu.
“Bombong” juga mengingatkan kita bahwa “karja sa, jang pikir dapa brapa” (=kerja saja, jangan berpikir berapa hasil yang didapat). Bukan berarti tidak ada target, tetapi karena percaya “suwet yang maleleh tuh pasti bale” (=keringat yang bercucuran akan memberi hasil). Tandanya bukan cuma hal material, tetapi juga “anana dapa hidop” (=anak-anak memperoleh pekerjaan yang layak), “rumah tangga bae-bae” (=hidup rumahtangga menjadi baik).
“Bombong” juga mengingatkan kita bahwa “sapa pung lebe, bage deng sudara lai” (=siapa mendapat yang lebih, harus dibagikan juga dengan saudara), karena “yang bombong tuh dapa dari Antua pung pengasihan” (=yang lebih itu didapati dari kasih Tuhan). Itu “par jaga-jaga lai” (=sebagai persediaan) yang “bukang cuma par katong, mar supaya bisa barbage lai” (=bukan hanya untuk kita, tetapi agar bisa berbagi juga dengan sesama).
Har’ Ampa (Kamis), 24 Juni 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy – Ambon
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi