Maluku

Baru 3 Bahasa di Maluku yang Direvitalisasi

potretmaluku.id – Kepala Kantor Bahasa Provinsi Maluku Syahril mengatakan, pihaknya baru melakukan revitalisasi terhadap tiga bahasa di Maluku, untuk mencegah kepunahannya.

Tiga bahasa yang dimaksud adalah bahasa Bahasa Buru di Kabupaten Buru, Bahasa Yamdena dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) serta Bahasa Kei dari Kabupaten Maluku Tenggara.

“Revitalisasi bahasa penting dilakukan untuk mencegah jangan sampai bahasa-bahasa lokal di daerah itu hilang atau punah,” kata Syahril kepada potretmaluku.id usai dialog bersama sejumlah media pada Festival Tunas Bahasa Ibu Provinsi Maluku yang berlangsung di Tribun Lapangan Merdeka Ambon, Sabtu (3/12/2022).

Kata dia, baru tiga bahasa di Maluku yang dapat direvitalisasi karena Kantor Bahasa sendiri memiliki keterbatasan anggaran maupun Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga kerja kantor bahasa masih terbatas.

Meski begitu, di 2023 mendatang, kantor bahasa akan memilih lagi tiga daerah terbaru untuk merevitalisasi bahasa daerahnya, mengingat kondisi geografis daerah kabupaten/kota di Maluku itu sangat jauh sehingga sulit untuk merevitalisasi bahasa di seluruh daerah sekaligus.

“Di KKT itu ada lima bahasa, tapi setelah kami pelajari yang menjadi lingua franca atau bahasa pengantar misalnya di Kota Saumlaki adalah bahasa Yamdena, jadi itu yang kami angkat,” terangnya.

Di Maluku Tengah tidak dipilih ketika itu, karena secara umum yang menjadi lingua franca justru bahasa Melayu Ambon. Saking banyaknya bahasa jadi tidak ada yang bisa lebih dominan.

Dia mengaku sebelumnya juga telah melakukan revitalisasi bahasa Teon di Maluku Tengah, tapi saat itu pola yang dilakukan tidak seperti sekarang. Pola revitalisasi ini baru diluncurkan di Februari 2022 ini. Jadi 3 bahasa yang sudah direvitalisasi itu adalah tahap awal.

“Kami inginkan agar semua bahasa di Maluku bisa direvitalisasi, tapi kami memiliki keterbatasan SDM dan juga anggaran,” ungkapnya.

Syahril menyebutkan dalam melaksanakan program revitalisasi, tentu harus memperhatikan karakteristik daerah masing-masing dan pelibatan berbagai pemangku kepentingan, seperti keluarga, guru, maestro, dan pegiat pelindung bahasa dan sastra daerah.

Hal tersebut dilakukan agar revitalisasi bahasa yang dilakukan tepat sasaran. Setidaknya ada tiga model revitalisasi yang masing-masing memiliki karakteristik dalam praktiknya, yakni model A, B, dan model C.

Dia menjelaskan, Provinsi Maluku memiliki karakteristik model (C), dengan ciri yaitu, gaya hidup bahasanya tergolong dalam kategori mengalami kemunduran, terancam punah, atau kritis, jumlah penuturnya sedikit dan sebaran wilayah tuturnya terbatas.

“Implementasi yang diharapkan dari model C, merupakan suatu bentuk yang dapat diterapkan pada dua basis revitalisasi, yakni komunitas dan keluarga/individu,” jelasnya.

Dalam implementasi revitalisasi bahasa daerah menerapkan pada basis sekolah melalui pelajaran muatan lokal. “Jadi kedepan, total sekolah menjadi target di tiga kabupaten adalah 98 sekolah,” tandas Syahril. (HAS)

IKUTI BERITA LAINNYA DIĀ GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button