
potretmaluku.id – Ketua Aprov PSSI Provinsi Maluku, Sofyan Chang Lestalhu menyesalkan pencoretan cabang olahraga (cabor) sepak bola dari Pusat Pendidkan dan latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Maluku.
Dia mengakui, PPLP merupakan proyek dari Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang ada di beberapa Provinsi di Indonesia termasuk di Maluku yang di biayai oleh Kemenpora.
Menurutnya, kehadiran PPLP di Maluku telah memberikan kontribusi bagi sepak bola nasional. Banyak pemain nasional lahir dari PPLP Maluku. Banyak dari mereka juga membela tim nasional Indonesia. Jadi sangat disayangkan jika sepak bola didepak dari PPLP.
“Ini merupakan berita yang kurang baik untuk cabang sepak bola di Provinsi Maluku. Karena kita ketahui bahwa hadirnya PPLP sepak bola di Maluku memberikan kontribusi besar untuk Maluku dan Negara,” ujar Sofyan kepada potretmaluku.id, Jumat (24/1/2025).
Dia mengakui, PSSI tidak memiliki kewenangan untuk mempertahankan sepak bola masuk dalam PPLP. Kewenangan tersebut ada pada Kemenpora, karena PPLP dianggarkan langsung dari Kemenpora.
“Jadi ini merupakan sebuah pukulan telak, pukulan keras bagi Dispora Maluku sebagai pelaksana yang ditunjuk untuk program ini, dan posisi Asprov PSSI hanya sebagai pendamping aja,” ujarnya.
Kata dia, selama ini posisi Asprov PSSI Maluku hanya sebagai pendamping bagi PPLP. Jika mereka PPLP butuh pelatih sepak bola, Asprov merekomendasikan pelatih yang sudah punya lisensi.
Selain itu, cabor sepak bola di PPLP Maluku tidak bisa ikut dalam kompetisi yang dilaksanakan oleh PSSI, karena dibatasi oleh regulasi. Yang bisa mengikuti kompetisi, seperti Piala Soeratin yang merupakan kejuaraan sepak bola untuk pemain muda di Indonesia. PPLP hanya bisa ikut di kejuaran nasional atau Pomnas.
“Prinsipnya kami menyesalkan itu. Tapi yang lebih tahu persis alasan mengapa dan kenapa program ini dihapus oleh Kemenpora adalah Kemenpora sendiri. Mungkin mereka punya indikator tersendiri,” ungkap Sofyan.
Kata dia, mungkin menurut Kemenpora anggaran yang dikucurkan ke PPLP di semua daerah tidak seimbang dengan prestasi dilapangan. Asprov juga tidak punya wewenang untuk menyalahkan Dispora Maluku.
PPLP adalah salah satu program yang bisa memfasilitasi atlit. Sehingga masalah ini juga merupakan koreksi dan evaluasi Dispora. Meski begitu, dia berharap masalah tersebut tidak berdampak pada pengembangan sepak bola di Maluku.
Sekolah Sepak Bola (SSB) yang tersebar di Maluku diharapkan menjadi sumbu untuk dalam mengorbitkan pemain-pemain sepak bola muda dan berbakat.
“Kendati begitu, saya harap Dispora Maluku bisa kembali memperjuangkan cabang sepak bola masuk di PPLP,” pungkas Sofyan. (SAH)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi