Citizen

Pe eL eN dan Keresahan Warga Kota Ambon

SUARA WARGANET

Pe eL eN eee, begitu nada keresahan warga Kota Ambon, yang kembali terusik dengan padamnya listrik beberapa hari terakhir.

Sistem pembangkit yang ada sekarang konon tidaklah dapat menopang beban warga Ibukota Provinsi Maluku ini. Rerata beban puncak kelistrikan Kota Ambon ada pada angka 60-70 MW.

Lima tahun lalu, sampai kontrak habis 31 Maret 2022, beban ini sanggup dilayani oleh satu kapal listrik buatan negaranya ErdoganErdogan, Turki. Kapal ini juga memiliki cadangan 70 MW yang tidak dipakai selama lima tahun.

Karphowership pihak yang mengoperasikan kapal ini sesumbar menunggu perpanjangan kontrak, akan tetapi kesepakatan sewa dianggap tidak ekonomis membuat manajemennya mengembalikan kapal yang diberi nama Yasin Bey itu ke negara asalnya pasca kontrak berakhir.

Dari berbagai sumber, harga jual setrum oleh Karphoweship sebagai pionir kapal listrik pertama di dunia ini hanya Rp1.850 per kwh.
Di Indonesia, Karphowership menugaskan beberapa kapalnya melayani defisit listrik, satu di Ambon, ada pula di Amuran Manado dan Medan serta Lombok.

Selama Yasin Bey di Ambon, program pemerintah berjalan baik, diantaranya Ambon terang di malam hari, ekonomi bergeliat, dan lima tahun ini tidak ada keluhan dan nada sinis ke PLN. Tidak ada demonstrasi apalagi sampai mencela dan sumpah serapah ke PLNPLN lewat media sosial.

Keresahan Warga Kota Ambon
Ilustrasi petugas PLN.(Foto: Dok. PT. PLN)

Bahkan pandemi COVID-19 yang menghantam Maluku tidak menghalangi siswa untuk belajar online. Andai saja, tidak ada kapal listrik saat itu, mungkin tidak akan berjalan baik sistem belajar berbasis zoom kala itu.

Kini Yasin Bey telah berlabuh di Selat Bosphorus sebagai home basenya di Turki. Sementara warga Pulau Ambon pun mulai resah, karena listrik yang padam dengan durasi waktu yang panjang.

PLN memang tengah berjibaku untuk memulihkan kondisi kelistrikan di Pulau Ambon. Pilihan pemadaman bergiliran harus diambil, mengingkat sistem pembangkit darat yang diaktifasi kembali oleh PLN tidak sanggup menanggung beban. Akibat dari kerusakan pada mesin-mesinnya yang telah usang dimakan usia, dan program pembangkit baru yang direncanakan juga belum berfungsi maksimal.

Sementara kapal pengganti yang dibuat PLN dan PT. PAL dengan kapasitas daya 60 Mw, dan sudah berlabuh di perairan Waai kabarnya mengalami “masalah” teknis.

Pihak PLN kemudian menggunakan istilah “masalah dalam jaringan penyuplai” yang sementara diinvestigasi untuk perbaikan.
Kapal buatan anak negeri ini sejatinya adalah copyan dari kapal listrik milik Karphowersip, hanya saja ada pembeda yang terdapat di dalamnya. Diantaranya, sistem pengapungan kapal, sehingga kapal ini tidak berlabuh di tengah perairan tetapi bersadar pada dinding dermaga.

Kita pun berharap listrik bisa kembali normal seperti sedia kala di watu ke depan, tidak ada pemadaman sementara, apalagi “kematian” listrik. Sehingga tidak ada lagi teriakan dari warga di daerah ini, dengan nada agak kesal: Pe eL eN eee.(*)

Abu Haruku

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button