Pameran Instalasi Sampah di Ambon dari Ribuan Plastik Bekas, Jumlah Pengunjung Dibatasi dan Terapkan Protkes
potretmaluku.id – Seekor lumba-lumba terlihat menempel di dinding. Sekujur tubuhnya dipenuhi aneka sampah bekas kemasan produk, termasuk sampah masker. Tidak jauh dari situ, tergantung sejumlah plastik bening. Ada yang berisi sandal jepit, headset, sedotan, botol plastik. Ada juga yang berisi aneka model masker bekas dengan secarik kertas bertuliskan: Sampah masker perlu waktu 30 – 40 tahun untuk dapat terurai.
Lumba-lumba dari rangka besi dan aneka kreasi lainnya itu, terbuat dari ribuan sampah. Ini merupakan bagian dari instalasi yang ditampilkan pada pameran sampah plastik dengan tema “Mari Ke Rumah” #tentangplastik, beberapa waktu lalu di Ambon.
Penggagasnya adalah George Manuhuwa. Dia merupakan founder dari Beta Bank Sampah. Saya mengenal lelaki dengan sapaan Jojo ini, sebagai salah satu sosok anak Maluku yang punya kepedulian tinggi terhadap lingkungan.
Hari ini, Sabtu (18/12/2021), saya berkesempatan ngobrol dengan Jojo terkait pamerannya beberapa pekan kemarin. Meskipun obrolan kami melalui sambungan telepon, namun saya bisa merasakan semangat Jojo saat bercerita.
“Yang dipamerkan, semuanya adalah sampah plastik. Kami membuat dinding dan plafon ruangan dari botol plastik, dengan menghabiskan sampah botol plastik sebanyak 1.634 botol,” ujar Jojo, memulai cerita tetang pameran, yang dia gelar dengan mengajak pasrtisipasi beberapa anak muda sekitar kawasan rumahnya ini.
Jojo dan sejumlah anak muda itu, juga membuat beberapa bola lampion besar dari sampah gelas plastik air kemasan. Mereka menghabiskan 1.222 sampah plastik gelas air kemasan.
Menurut Jojo pada kegiatan ini, dipamerkan pula tirai dari penutup botol dan sampah sedotan, serta kertas daur ulang. “Kami juga membuat miniatur pesisir pantai yang penuh dengan sampah plastik, serta memajang lumpa-lumba penuh plastik,” katanya.
Miniatur pesisir pantai ini, disebut Jojo, menjadi ruangan tempat para pengunjug dapat menonton tayangan video kondisi sampah plastik di Indonesia bahkan dunia.
Jojo menyampaikan, ide pameran ini lahir dari keresahan dia bersama beberapa anak muda di lokasi tempat tingganya, yang kebetulan dekat dengan pantai. Di mana ada saat-saat pesisir pantai mereka menjadi lokasi berakhirnya sampah-sampah plastik.
“Persiapan dan proses kerja sudah kami mulai sejak tanggal 20 Oktober 2021 lalu, dan selesai pada tanggal 22 November 2021,” ungkapnya.
Jadi bisa dikatakan persiapan mereka memakan waktu sebulan. Dan yang membuat mereka senang, kata Jojo, adalah ketika acara berangsung banyak anak-anak dari luar wilayah Beta Bank Sampah, yang datang berkunjung.
“Ada anak-anak dari wilayah Wayame, Poka, Tawiri, dan sekitarnya. Ada juga dari komunitas-komunitas pencinta lingkungan yang datang berkunjung,” papar Jojo.
Acara yang berlangsung pada 24 November hingga 1 Desember 2021 tersebut, juga menghadirkan kegiatan workshop. Pengunjung antara lain diajarkan membuat Ecobrik dan cara mendaur ulang sampah kertas menjadi kertas yang dapat digunakan kembali, meskipun menggunakan alat sederhana.
“Dalam situasi pandemi COVID-19 seperti ini, sejujurnya kami tidak terlalu mengalami kendala. Sebab bagi setiap pengunjung secara group, sebelumnya sudah mendaftarkan waktu berkunjung. Agar tidak terjadinya penumpukan pengunjung,” tegas Jojo.
Dia katakan, sejak awal memang sudah diatur sedemikian mungkin agar para pengunjung yang hadir sesuai dengan aturan waktu yang telah ditetapkan.
“Protokol kesehatan dalam kegiatan ini memang kami jaga dengan baik dan juga ketat, karena setiap pengunjung yang masuk hanya dibatasi 10 hingga 15 orang saja,” terangnya.
Kemudian di jam yang telah ditentukan, tambah Jojo, akan datang pengunjung berikutnya dengan jumlah yang juga telah ditetapkan. Pada lokasi pameran juga disediakan area cuci tangan.
“Dengan demikian untuk protokol kesehatan bisa dijalakan dengan baik. Sebab dengan begitu, kita sudah ikut memutus mata rantai COVID-19,” ujarnya.
Menyinggung tentang sampah masker yang dimasukkan dalam plastik bening kiloan, dan diberi keterangan lama waktu terurai, Jojo sebutkan, itu salah satu cara edukasi agar anak-anak atau pengunjung dapat lebih mengenali jenis dan lama sampah bertahan di alam.
“Jadi selain keterangan pada sampah masker sekali pakai, ada juga keterangan masa bertahan sampah di alam sampai musnah, untuk sampah lainnya seperti earphone, headphone, wadah makanan dari styrofoam, sandal jepit dan lain-lain,” ujar Jojo.
Karena itu dia menyarankan agar mengurangi sampah masker sekali pakai yang susah diurai, sebaiknya menggunakan masker dari kain yang bisa dicuci ulang.
Dari literatur yang ada, cara mencuci masker lain yang benar, yang merupakan tips wajib dipakai di era new normal, antara lain: siapkan air (bila mungkin air panas dengan suhu 60-65 derajat celcius), tmbahkan deterjen dan rendam masker beberapa saat, lalu kucek masker hingga kotoran luruh, bilas di bawah air mengalir hingga busa hilang, keringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan pengering panas, setrika dengan suhu oanas agar bakteri dan virus mati, dan masker siap digunakan kembali.
Jojo menambahkan, saat pameran berlangsung, anak-anak disediakan kegiatan melukis dan mewarnai. Selain itu ada juga kegiatan mengajak anak-anak untuk mulung sampah plastik di sekitar lokasi pameran, dan mereka memilah sampah plastik sesuai jenis dan kode plastiknya.
“Pada hari terakhir anak-anak diberikan hadiah dan juga diberikan sertifikat, sebagai apresiasi atas apa yang telah mereka lakukan selama kegiatan aksi mulung sampah dan juga mewarnai,” ujarnya.
Pihaknya, kata Jojo, juga mengajak anak-anak menonton film bersama. Judul-judul filmnya antara lain: Denias Senandung di Atas Awan. “Tujuannya agar anak-anak tersebut dapat termotivasi dan semangat belajar meskipun di masa pandemi COVID-19,” ucapnya.
Jojo berharap melalui pameran tersebut, para pengunjung terkhususnya anak-anak dapat melihat sisi lain dari sampah, di mana sampah bisa kita olah secara kreatif.
“Sampah bisa kita olah secara kreatif untuk tujuan-tujuan edukasi dan manfaat lainnya. Kami berharap mindset penjunung terkhusus anak-anak dapat berubah setelah melihat pameran ini. Pengunjung dapat bertanggung jawab atas sampah plastik yang dihasilkan setiap hari,” pungkasnya.(Tiara Salampessy)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi