Pendapat

Nyinyir alias Tarukira

PENDAPAT

Oleh: Ikhsan Tualeka (Direktur Beta Kreatif)

Dunia gosip
Berisi orang orang yang selalu membicarakan yang tidak penting
Yang selalu saja membicarakan orang
Dunia gosip
Berisi cerita cerita yang banyak versi
Hingga mereka tak bisa menghentikan diri
Stop gosip
Jangan urus orang urus diri sendiri
Stop gosip
Urusan orang jadi itu privasi

Sungguh generasi nyinyir
Mulut mereka selalu mencibir dan mencibir
Hanya topik pembicaraan yang dipikir
Stop gosip
Jangan urus orang urus diri sendiri
Stop gosip
Urusan orang jadi itu privasi
Sungguh generasi nyinyir

Mulut mereka selalu mencibir dan mencibir
Hanya topik pembicaraan yang dipikir
Stop gosip
Jangan urus orang urus diri sendiri
Stop gosip
Urusan orang jadi itu privasi
Stop gosip
Jangan urus orang urus diri sendiri
Stop gosip
Urusan orang jadi itu privasi

Di atas itu adalah potongan lagu yang dipopulerkan oleh Jain Jan dan sempat viral di tiktok. Syair yang barangkali dapat menggambarkan generasi ‘nyinyir‘ saat ini. Kelompok yang saban hari hanya mengkritisi apapun yang dilakukan orang lain.

Beta sendiri sebelum menulis tulisan pendek nan ringan untuk netizen Maluku ini, berusaha mencari padanan kata dalam bahasa/istilah Maluku yang sesuai atau relevan. Apa ya? Hmm mungkin yang cocok itu ‘Tarukira orang’. Atau ada yang lain?

Ya, nyinyir atau tarukira adalah satu kebiasaan baru yang makin menemukan momentumnya saat teknologi digital semakin maju, dengan hadirnya berbagai media sosial. Orang dengan mudah bereaksi terhadap apa yang dilakukan orang lain.

Bahkan yang ‘Tarukira Orang’ itu kadang seng menyadari bahwa beberapa perkataannya itu cenderung menjudge seseorang. Membuat kesimpulan yang mendikreditkan orang lain.

Misalkan pada kasus rekrutmen orang-orang dalam organisasi, atau pengukuhan ada satu tokoh baru-baru ini. Ada nyinyir atau tarukira terkait kapasitas orang-orang yang diakomodir atau dikukuhkan itu.

Ya boleh lah sesekali katong memberikan penilaian, merespon realitas perkembangan dan pencapaian satu individu atau kelompok. Tapi terkadang tanggapan-tanggapan yang seolah menghakimi itu seng enak untuk didengar atau dibaca.

Memangnya kamu tahu apa tentang hidup dan proses yang tengah mereka jalani? Memangnya kamu berperan apa dalam hidupnya mereka?

Salah apa coba mereka ke kamu? Ya mungkin saja apa yang di-nyinyirin itu betul, tapi tidak seharusnya juga kan kita menghakiminya secara sepihak, bukankah semua orang itu berproses?

Seringkali komentar dan tanggapan menghakimi di media sosial itu menjadi konsumsi publik secara luas. Kemudian memantik tanggapan lainnya yang kadang keluar dari substansi awal yang dinyinyirin itu.

Sadar atau tidak, banyak dari generasi yang suka “nyinyir” ke orang lain itu ada disekitar orang-orang yang di-nyinyirin. Mereka ini kalau mau mengungkapkan sesuatu, rasanya seng pake dipikir dulu, langsung aja gas.

Yaa…di satu sisi memang ada baiknya, karena mengungkapkan sesuatu secara spontan. Tapi di sisi lain, dampak alias efeknya itu yang bikin seng enak ke orang yang dinyinyirin.

Walau seng semua nyinyir itu negatif, atau semua orang suka nyinyir. Tapi belakangan makin mudah kita temui komentar-komentar nyinyir, terutama di media sosial.

Melihatnya tentu saja gundah-gulana, ibarat toxin. Tapi kadang lucu juga. Karena terbersit pertanyaan, kok ya bisa-bisanya orang kepikiran dan berkomentar kaya gitu, diungkapkan lagi.

Bagaimanapun juga, memang eranya generasi sekarang ya begini ini, jempol kadang bisa lebih cepat dari otak. Tinggal gimana katong menyikapinya atau menghadapinya.

Kalau kata Opa Victor Frankl, neurolog dan psikiater Austria, pendiri logoterapi dan Analisis Eksistensial, “sesuatu itu seburuk apapun terjadinya, tinggal bagaimana kita menyikapinya”. Nice quote Opa.

Apa yang disampaikan Opa Victor sering beta bahasakan secara berbeda dalam beberapa kesempatan, “cara merespon realitas menunjukan kapasitas”. Dan yang nyinyir alias ‘tarukira orang’ biasanya ada di belakang dan tertinggal dari orang yang dinyinyirin atau di-tarukirain itu.

Salam Tarukira

Ambon, 18 Maret 2022


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button