Mahasiswa Unismuh Makassar Gelar Pameran Seni Rupa Bertema “Sumpah, Pemuda Adalah Karya”
PENDAPAT
Oleh: Rusdin Tompo (penulis dan pegiat literasi)
Pemuda bukan sekadar takaran usia, tapi adalah semangat berkarya. Itu yang coba ditegaskan lewat pameran seni rupa dari tiga mahasiswa Jurusan Seni Rupa FKIP Unismuh, Makassar: Ainun Zariya, Nurul Irsan Asrul, dan Raodatul Janna. Momen hari besar Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2024, menjadi bukti historisnya. Ketiga mahasiswa ini dibimbing oleh AH Rimba, perupa yang juga dosen mereka.
Tanggal keramat itu pula yang jadi awal pembuka pameran seni rupa bertajuk “Sumpah, Pemuda Adalah Karya”, dengan sub tema “Biosfer”, yang berlangsung di Aula Gedung Perpustakaan Multimedia DPK Provinsi Sulawesi Selatan, tanggal 28-30 Oktober 2024.
Dalam rangka pelaksanaan pameran ini, ketiga perupa dan Rusdin Tompo, sebagai kurator, sebelumnya sudah mengadakan audiensi dengan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulawesi Selatan, Mohammad Hasan, SH, MH. Hasan Sijaya, begitu Kepala DPK Provinsi Sulawesi Selatan akrab disapa, sangat men-support kegiatan ketiga mahasiswa tersebut. Juga memberi ruang bagi mereka untuk menggunakan fasilitas DPK, sesuai semangat perpustakaan yang berbasis inklusi sosial.
Ketiga perupa dalam pameran ini menampilkan kriya dua matra, yang meski berbeda wujud ekspresinya tapi punya pertalian yang sama, yakni mengusung isu lingkungan berkelanjutan. Itulah alasan mengapa tema pemuda dan karya, serta sub tema terkait lingkungan diselaraskan dalam lintasan yang sama.
Pasalnya, eksistensi pemuda dibuktikan melalui karya. Jangan mendaku diri sebagai pemuda jika tak mampu unjuk karya. Jangan berkoar sebagai pemuda, apabila tak mau berikrar dan berperan aktif dalam kampanye penyelamatan lingkungan sesuai bidang yang bisa disumbangsihkan. Karena penyelamatan lingkungan merupakan panggilan sekaligus tanggung jawab kemanusiaan untuk menyelamatkan peradaban.
Pemuda merupakan mata rantai penting dari keberlangsungan generasi. Sehingga pemuda juga diharapkan berada pada garda terdepan dalam gerakan penyelamatan lingkungan, di mana dia lahir, tumbuh, dan menjalani kehidupan. Bumi kita yang hanya satu ini mesti dijaga dan dirawat.
Di atas bumi ini tak hanya manusia yang menggantungkan hidupnya, tapi juga hewan dan tumbuhan, sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Semuanya saling membutuhkan sebagai satu-kesatuan kolektif. Bila ada satu yang terganggung maka niscaya akan mengancam nasib hidup yang lain.
Gagasan ideal itu hendak disodorkan melalui karya seni kontemporer nan dinamis oleh Ainun Zariya, Nurul Irsan Asrul, dan Raodatul Janna. Pameran bagi mereka, merupakan kesempatan untuk lebih memacu diri secara teknis guna meningkatkan kualitas karyanya.
Sebab, ini untuk pertama kalinya mereka secara terbuka mendeklarasikan diri bukan sebatas sebagai mahasiswa, melainkan sekaligus sebagai perupa dengan karya kriya yang punya diferensiasi dan visi. Masing-masing dari mereka mau tampil beda dan memberi pembeda dibanding studi-studi khusus sebelumnya.
Mereka bukan cuma mau menyelesaikan jenjang pendidikan formal tapi menjadikan pameran pertama bersama ini sebagai tapak jalan sebagai perupa, sebagai seniman sejati.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi