Pendapat

Lahan Alang-Alang: Prospek atau masalah dalam Meningkatkan Produkfitas Pertanian Di Dusun Kranjang Desa Wayame Kota Ambon

PENDAPAT

Cara ini biasa dilakukan petani yang mempunyai modal dan dalam skala yang besar misalnya untuk penanaman kelapa sawit dan sengon, karena dianggap lebih hemat. Herbisida diaplikasikan pada alang-alang muda yang tumbuh setelah pembakaran lahan atau ditebas-angkut.

Pengolahan tanah untuk membersihkan alang-alang dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul atau bajak, atau dengan menggunakan traktor. Teknik pembersihan dengan cara manual ini biasanya dilakukan oleh petani yang tidak bermodal dan hanya untuk keperluan penanaman tanaman pangan seperti jagung, kedele dan kacang tanah.

Petani memilih membersihkan alang-alang menggunakan cangkul atau bajak dengan alasan pengolahan tanah yang dilakukan tidak terlalu dalam sehingga lapisan “krokos” (konkresi besi) yang berada pada lapisan dalam tidak ikut tercampur dengan lapisan atas. Pengolahan dengan traktor dapat membalik tanah sampai pada kedalaman sekitar 50 cm sehingga lapisan bawah yang berkrokos muncul di permukaan.

Reklamasi alang-alang yang dilakukan oleh petani umumnya didahului dengan pembakaran atau penebasan, terutama pada lahan yang beralang-alang padat untuk mempermudah pengolahan selanjutnya. Dalam penggunaan sistem pembakaran lahan alang-alang ini dapat menimbulkan masalah baru yaitu terjadinya kebakaran. Secara skematis pembukaan lahan alang-alang yang biasa dilakukan petani.

Progran PKM ini kemudian mengkombinasi praktek pembukaan lahan oleh masyarakat Desa mitra dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang berdasarkan pada kegiatan desk study dan survei. Kegiatan penanaman blok-blok lahan yang dilakukan di lapangan menggunakan rancangan petak terbagi (RPT), dimana cara reklamasi lahan alang-alang (R) sebagai petak utama, dan pola tanam (P) anak petak dengan perlakuan-perlakuan sebagai berikut:

Petak utama (R): 4 cara reklamasi lahan yaitu:
R0 (Alang-alang dibakar dan tanah diolah secara konvensional (tanah dicangkul dan dicincang satu kali) teknik yang biasa dilakukan petani);
R1 (Alang-alang dibabat, dipotong kira kira 20 cm dijadikan mulsa 10 ton/ ha, sisa tanaman dijadikan mulsa dan tanah diolah konvensional +epung P-alam 1 /ton/ ha);
R2 (Alang-alang dibabat kemudian daun dan rimpang alang-alang dikomposkan dan tanah diolah konvensional+kapur CaCO3 1 ton ha-1+pupuk kandang10 ton/ha/tahun atau 1 ton BKM/ ha yang diberikan 1 ton BKM /ha/tahun setiap musim tanam dan ditambah kompos alang-alang (7 ton/ha) pada MT2 dan sisa tanaman dijadikan mulsa dan campuran pakan sapi, kemudian kotoran sapi dikembalikan pada petak R2);
R3 (Alang-alang disemprot dengan herbisida sistemik Round up kemudian alang-alang direbahkan + sisa panen tanaman dijadikan mulsa, tanah diolah minimum menurut barisan tanaman).

 Anak Petak (P) : 4 pola tanam yaitu:

P1 (Pola tanam yang biasa dilakukan petani setempat sebagai pembanding Kacang panjang -> buncis -> cili -> Seledri);
P2 (pola tanam alternatif (I) Terong -> Buncis -> Kacang panjang -> jagung):
P3 (Pola tanam alternatif (II) rotasi tanaman Sawi -> Sekata -> Sawi hijau -> Tomat -> Cili; Sawi -> Cabe -> Tomat -> Kangkung; Pakcoy -> Kol -> Tomat -> Labu siam; dan Tomat -> Sawi -> Pakcoy -> Cabe -> Cabe -> Sekata);
P4 (Pola tanam alternatif (III) rotasi kacang tanah + kacang panjang/- kedelai + jagung ⎢- kacang hijau. Pola tanam alternatif ini, menggunakan tanaman yang cocok dengan kondisi biofisik daerah setempat dan bernilai ekonomis serta mempunyai harga yang tinggi di pasaran. Tanda + berarti tumpang sari; tanda – ditanam berurutan).

Untuk menunjang dan menambah pendapatan petani, maka disamping tanaman pangan petani menanam juga tanaman jeruk sebanyak 80 batang, karet ditanam sebanyak 120 batang, dan rumput raja. Sapi lokal dipelihara tiga ekor untuk digemukan; pakan sapi diambil dari strip rumput raja dan sebagian dari sisa tanaman dari petak R2; kotoran sapi dikembalikan ke petak R2, yang jumlahnya sekitar 1 ton BKM /ha/tahun.

Teknik reklamasi alang-alang dan implikasinya terhadap keberlanjutan lahan

Luas lahan usaha tani di Dusun Kranjang Desa Wayame bervariasi dalam tiga kategori yakni  kategori kecil (kurang dari 1 hektar) sebesar 30%, Sedang (2-5 hektar) sebesar 51,7% dan Besar (lebih dari 5 hektar) sebesar 18,3%, dengan modal usaha didominasi Sedang (Rp. 5.500.000 s.d Rp 10.000.000 per panen) sebesar 61,7%, diikuti dengan modal  besar (lebih dari Rp. 10.000.000 per panen) sebesar 21,7% dan modal kecil (kurang dari Rp. 5.000.000 per panen) sebesar 16,7%. Petani di Dusun Kranjang juga mengadopsi teknik reklamasi alang-alang dalam tiga tipe yakni konvensional (18,3%), herbisida (50,0%) dan mekanis menggunakan traktor (31,7%).

Sistem pembukaan lahan menurut petani responden di Dusun Kranjang meliputi beberapa model, yakni (1) sistem manual Tebas -> pengumpulan -> Bakar -> Cangkul (TPBC); (2) Sistem manual Bakar -> Cangkul (BC); (3) Sistem herbisida: Bakar -> Herbisida -> Hewan (BHH); (4) Sistem herbisida: Herbisida -> Hewan (HH), (5) Sistem mekanis hewan: Tebas -> pengumpulan -> Bakar -> Hewan, dan (6) Sistem mekanis menggunakan Traktor

 Teknik reklamasi alang-alang secara manual konvensional yakni sistem ini cenderung membutuhkan investasi awal yang lebih rendah dibandingkan dengan teknik pertanian mekanis. Peralatan manual seperti cangkul, sabit, dan peralatan tangan lainnya umumnya lebih terjangkau dan memungkinkan petani dengan anggaran terbatas untuk memulai usaha pertanian.

Sementara kekurangan dalam mengadopsi teknik pertanian secara manual, adalah produktivitas cenderung lebih rendah dibandingkan dengan teknik pertanian mekanis. Peralatan manual umumnya tidak dapat bekerja seefisien dan secepat mesin pertanian modern. Kelemahan menggunakan teknik reklamasi secara konvensional menurut petani di Dusun Kranjang antara lain: teknik manual konvensional membutuhkan waktu yang relatif lama dan menguras tenaga, mulai dari pembukaan lahan sampai dengan memanen hasil pertanian, serta juga terdapat hambatan terkait iklim dan cuaca yang seperti kondisi kekurangan air.

Teknik reklamasi alang-alang secara herbisida memiliki kelemahan adalah adanya kekhawatiran mengenai efek samping dari penggunaan heribisida berupa racun Jenis-jenis herbisida yang umumnya diguankan di Dusun Kranjang adalah gramasson digunakan pada awal membuka lahan pertanian, terutama pada alang-alang yang cukup padat, namun dan selanjutnya tidak digunakan lagi.

Kelebihan mengadopsi teknik reklamasi alang-alang menggunakan herbisida antara lain: membantu pembasmi alang-alang secara singkat, menghemat biaya, waktu dan tenaga diabndinkan dengan sistem manual. Namun petani membatasi penggunaan herbisida pada fase perawatan tanaman dengan tidak sembarangan menggunakan herbisida.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2 3 4Next page

Berita Serupa

Back to top button