Pendapat

Keadilan Sosial Di Hari Pancasila

PENDAPAT

Oleh: Revaldo Salakory (Dosen Pendidikan Sejarah pada Universitas Pattimura Ambon)


1 Juni 2021 hari bersejarah lahirnya falsafah negara kita Pancasila. Pancasila lahir dari sosok nasionalis Soekarno. Soekarno merupakan pelopor yang mengantarkan kemerdekaan bagi seluruh bangsa di negeri tercinta yang dikenal dengan sebutan Indonesia. Namun pasca kemerdekaan orde baru-sekarang masyarakat masih mengalami penderitaan.

“Save Indonesia” ialah kata yang tepat untuk menggambarkan masalah sosial,ekonomi dan politik yang dihadapi seantero wilayah Nusantara Indonesia. Kondisi yang belum stabil dalam mensejahterakan masyarakat masih menjadi PR (pekerjaan rumah), bagi pemerintah Indonesia.

Permasalahan krusial yang dialami masyarakat Indonesia sangat perlu menjadi perhatian seluruh warga. Seyoginya ekonomi Indonesia pada sektor wilayah daerah pelosok sangat miris, akibat regulasi perizinan terhadap perusahan yang merampas hak masyarakat.

Dalam pemberitaan melalui media online, lewat para ekonom misalnya Morgan Stanley Asia, Deyi Tan, mengatakan, Indonesia ada pada fase ekonomi goldilock yang berarti fase pertumbuhan ekonomi ideal. Tandas Deyi, melanjutkan pertumbuhan ekonomi dilihat dari faktor dalam negeri, penanganan pandemi di Indonesia sudah lebih terkontrol.

Pemerintah konsisten dalam melakukan vaksinasi dan memberikan stimulus fiskal, serta masih terus memperketat penanganan kesehatan. Dari sisi eksternal, permintaan dari luar juga meningkat didukung dengan harga komoditas yang masih tinggi. Tentu ini bisa melecut ekspor, dan menguntungkan Indonesia sebagai produsen.

Kemudian, kondisi di pasar keuangan juga masih cukup terkendali seiring dengan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang masih dovish. Pernyataan dari seorang ekonom Stanley dan Deyi sangat bertolak belakang dengan kondisi kehidupan masyarakat secara actual memprihatikan secara ekonomi.

Berikut di bawah ini mengambarkan kondisi wilayah Indonesia yang mengalami krisis kemanusiaan, hak masyarakat yang dirampas menunjukkan bahwa negara Indonesia sedang mengalami ketidakseimbangan dalam ekonomi.

Sejarah Lahir Pancasila

Pada 4 Juli 1927, Soekarno bersama mahasiswa lain yang tergabung dalam Studie Club mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Setahun kemudian berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Soekarno dan PNI berjasa besar dalam mempopulerkan nama Indonesia.

Sejak awal PNI mengambil program politik cukup radikal: memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Strategi perjuangannya pun radikal, yakni non-kooperasi alias menolak bekerjasama dengan Belanda. PNI juga menggunakan massa actie (massa aksi) sebagai senjata perjuangannya.

Jauh sebelum mendirikan PNI, Soekarno sudah gandrung bicara persatuan. Tidak ada kemerdekaan tanpa persatuan nasional, kata dia. Tahun 1926, dia menulis risalah berjudul “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme”, yang menganjurkan persatuan di kalangan pergerakan untuk mengusir Belanda.

Desember 1929, karena politiknya yang radikal, Sukarno ditangkap Belanda. Dia kemudian dijebloskan ke penjara Bantjeuj di Bandung, Jawa Barat. Di dalam ruang penjara yang sempit, gelap, pesing dan pengap itu Soekarno menulis pledoi yang terkenal, Indonesia Menggugat.

Soekarno keluar penjara tahun 1931 dan langsung kembali ke dunia pergerakan. Tak lama kemudian, tepatnya 1933, dia menulis artikel yang keras, Mencapai Indonesia Merdeka, yang mengantarkannya pada penjara dan pembuangan.

Tahun 1933, Sukarno kembali ditangkap, tetapi kali ini mengalami pembuangan. Dia dibuang ke Ende, Flores, Nusatenggara timur. Istrinya, Inggit Garnasih, mertuanya (Ibu Amsi), dan anak angkatnya bernama Ratna Djuami, ikut Soekarno ke pembuangan di Ende.

Di Ende, sifat pergerakan Soekarno tidak hilang. Selain mengorganisir kelompok sandiwara bernama “Kalimutu”. Selama 4 tahun pembuangan di Ende, selama empat tahun (14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938), dia membuat 12 naskah sandiwara.

Di Ende pula, di bawah naungan sebuah pohong sukun, Soekarno menemukan ilham tentang lima dasar Indonesia merdeka kelak, atau Pancasila. Soekarno menyebutnya 5 butir mutiara.

“Di pulau Bunga yang sepi tidak berkawan aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya merenungkan di bawah pohon kayu. Ketika itu datang ilham yang diturunkan oleh Tuhan mengenai lima dasar falsafah hidup yang sekarang dikenal dengan Pancasila. Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara yang indah,” kata Sukarno dalam buku otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Namun, karena sakit Malaria, tahun 1938, Soekarno dipindahkan ke Bengkulu. Di Bengkulu, kekuasaan Belanda dikalahkan oleh Jepang. Pada tahun 1942, demi kepentingan Jepang, Soekarno dikembalikan ke Jakarta (Perdana, 2018).

Simbol Garuda Pancasila

Desain Garuda dengan lima perisainya mulai muncul tahun 1950. Tahun 1950, pemerintahan RIS menyelenggarakan sayembara desain lambang negara. Ada dua desain yang menang: karya Sultan Hamid II dan karya Mohammad Yamin. Tetapi karya Yamin gugur, karena menggunakan sinar-sinar matahari yang identik dengan fasisme Jepang. Alhasil, pemenangnya adalah desain karya Sultan Hamid II, putra sulung Sultan Pontianak ke-6.

Desain Sultan Hamid II menyerupai Garuda tunggangan suci Dewa Wisnu, yang banyak ditemukan dalam arca dan relief candi-candi Nusantara. Dalam desain awal itu, Garuda duduk di atas takhta bunga dengan dada terlindungi perisai. Kemudian, setelah dialog dengan Soekarno dan Hatta, desain Sultan Hamid II itu disempurnakan.

Sang Garuda tidak lagi duduk bertakhta di atas bunga teratai, tetapi Garuda dengan sayap membentang dan dua tangan memegang perisai Pancasila. Ditambah juga dengan pita putih yang dijepit oleh kaki Garuda dengan tulisan “Bhineka Tunggal Ika”. Tetapi kepala Garuda masih gundul dan belum berjambul.

Desain ini kemudian diperkenalkan Soekarno kepada khalayak ramai di Hotel Des Indes, Jakarta, pada 15 Februari 1950. Desain Sultan Hamid II ini kemudian disempurnakan oleh pelukis Istana, Dullah. Dengan penambahan jambul dan posisi cakar kaki mencengkeram pita dari depan (Perdana, 2018)..

Dimanakah Keadilan Sosial?

Keadilan Sosial ialah perbuatan adil atau kerja sama untuk menghasilkan masyarakat yang bersatu secara organis sehingga setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama. Namun yang terjadi sangatlah berbeda hadirnya praktek-praktek ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat. Dilansir melalui pemberitaan online mongabay dalam beberapa bulan terakhir sejak tahun 2020-2021, masalah kemanusiaan yang ada di wilayah Indonesia sebut saja Maluku, Papua, Sumatera, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo,

1. Suku Sabuai merupakan suku asli Pulau Seram. Sejak tahun 2019 mereka berkonflik dengan sebuah perusahan perkebunan pala, CV SBM. Perusahaan ini membabat hutan keramat milik warga. (Belseran, 2021)
2. Dia katakan, selain kerusakan lingkungan karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga terjadi dampak lingkungan dari aktivitas 9 perusahaan tambang yang arealnya terindikasi berada pada kawasan hutan konservasi, dengan luas sekitar 16.457,88 ha. “Terdapat 77 perusahaan tambang yang arealnya terindikasi berada pada kawasan hutan lindung dengan luas sekitar 55.949,51 hektare. Ada juga alih fungsi kawasan hutan menjadi kawasan perkebunan monokultur tebu seperti di Sumba Timur,” paparnya. (Rosary, 2021)
3. Hijrah Ipetu, anggota Koperasi Pangeya Idaman yang bermitra dengan perusahaan sawit, PT Agro Artha Surya (AAS). Petani plasma di Wonosari ini sejak beberapa tahun ini berjuang agar perusahaan memenuhi janji-janji kepada petani. Dia menuntut perusahaan transparan soal data produktivitas sawit mereka pasca panen. “Sejak masuk masa panen 2017, perusahaan tidak pernah memberikan data produktivitas sawit itu,” kata Hijrah Ipetu saat ditemui di Desa Pangeya, Wonosari, Maret lalu.
4. Orang Rimba di Merangin, yang hidup di sudung di antara perusahan kebun sawit membuat mereka menderita sakit TBC.
5. Warga kesusahan air bersih akibat Pipa yang mengalirkan air dari bekas lubang tambang batubara ke rumah-rumah warga di Desa Sikalang.
6. Perlawanan Warga Wadas tetap menolak perusakan alam akibat masuknya. Unjuk rasa Aliansi Solidaritas Peduli Wadas di Yogyakarta, 26 April lalu. Foto: / Mongabay Indonesia & Spanduk berisi penolakan warga Wadas atas rencana pengerukan bukit untuk proyek Bendungan BenerAlam itu anugerah Tuhan supaya dilindungi, diuri-uri. Supaya kita tetap bisa hidup di bumi ini.” (Nuswantoro, 2021).

Berdasarkan fakta social yang dialami bangsa Indonesia Nusantara seyoginya secara fundamental Pancasila ialah ideology statis, serta memerdekakan masyarakat dari penindasan. Lirik Lagu Garuda Pancasila “Pancasila dasar Negara rakyat adil makmur sentosa” sepenggal kalimat dari narasi keadilan dan kemanusiaan di Negara tercinta.

Pancasila kata Bung Karno ialah Philosofische grondslag (filosofi dasar) dan Weltanschauung (pandangan hidup). Pada sila ke 5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi hampa akibat penyalahgunaan kekuasaan para elitis.

Masyarakat yang kehilangan hak kemanusiaan atas tanah dan kebebasan berpendapat menunjukan kurangnya stabilitas pemerintah Indonesia dalam melindungi rakyat. Sehingga sangat disayangkan perjuangan para pahlawan mengusir penjajah dari negeri tercinta ini menjadi sia-sia. Kata bung Karno “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.” Selamat hari lahir Pancasila.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button