Maluku Tenggara

FPMK 2025 di Maluku Tenggara: Model Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Budaya

Di Pantai Ngursarnadan, Ohoi Ohoililir, Kabupaten Maluku Tenggara, gelaran Festival Pesona Meti Kei 2025 menghadirkan lebih dari sekadar pemandangan alam tropis yang memesona.

Acara yang dipusatkan pada hari Senin, 27 Oktober 2025, menjadi momentum bagi pemerintah daerah untuk memperkuat identitas pariwisata berbasis kearifan lokal dan keberlanjutan.

Bupati Maluku Tenggara Muhamad Thaher Hanubun menegaskan bahwa FPMK 2025 merupakan bagian dari program Kharisma Event Nusantara (KEN) yang dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI).

Ia menyatakan bahwa festival ini “bukan sekadar ajang hiburan, tetapi sebuah model pariwisata yang menumbuhkan kehidupan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.”

Thaher memaparkan bahwa daerahnya memiliki lebih dari 76 destinasi wisata di Kepulauan Kei Kecil dan Kei Besar. Ia menyebut Pantai Ngurbloat, Ngursarnadan, Ohoililir, Ngiar Warat, Ngurtavur, hingga Gua Hawang sebagai contoh keajaiban alam dan budaya yang dapat dikembangkan.

Meski dukungan dari pusat sudah meningkat lewat penempatan FPMK dalam kalender nasional KEN, Thaher mengingatkan bahwa tantangan besar masih terbentang: penguatan infrastruktur, perluasan promosi, peningkatan kapasitas SDM pariwisata, serta keterbatasan anggaran.

“Ke depan, FPMK tidak hanya menjadi perayaan tahunan, tetapi menjadi motor penggerak pariwisata berkelanjutan di Maluku Tenggara,” tandasnya.

Pemerintah daerah kemudian membuka peluang investasi untuk pengembangan sektor pariwisata dan menjamin dukungan bagi investor yang siap terlibat.

Penyelenggaraan festival ini pun telah memberikan dampak nyata, misalnya meningkatnya kunjungan wisatawan dan promosi budaya masyarakat Kei ke tingkat nasional maupun internasional.

Festival yang memadukan keindahan alam, budaya lokal, dan sport tourism ini tampil sebagai wujud konkret bahwa pariwisata di daerah timur Indonesia bisa disusun dengan pola yang lebih berkelanjutan dan inklusif — sambil tetap menjaga identitas dan nilai budaya masyarakat setempat.(TIA)

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button