HeritageMaluku

Arca Kuno Perwujudan Dewi Parvati Jadi Ikon Pameran Cagar Budaya di Ambon

potretmaluku.id – Sebuah arca kuno perwujudan dari Dewi Parvati, yang diindikasikan berasal dari era Majapahit, dan ditemukan di Kota Ternate pada 1978, saat pembukaan lahan untuk bandara di kota tersebut, menjadi ikon Pameran Cagar Budaya di Museum Siwalima, Kota Ambon, Senin (14/6/2021) dan Selasa (15/6/2021).

“Di pameran ini, koleksi pra sejarah itu ada fosil-fosil dan sebagainya. Di era Hindu dan Budha, kami punya beberapa koleksi. Ikonnya itu beberapa koleksi di arca Dewi Parvati yang ditemukan pada saat penggalian bandara Sultan Babullah tahun 1978,” ujar Kepala Museum Siwalima, Jean Esther Saiya, di Ambon, Senin (14/6/2021).

Menurut dia, saat arca tersebut dibawa ke Museum Siwalima, kondisinya terbelah dua. “Jadi arcanya itu terbagi dua. Tapi karena keperluan pameran ini, kemudian saya sendiri meminta kesediaan para purnabakti museum, yang punya keahlian di bidang reparasi koleksi, untuk datang dan mereka sudah mengerjakannya selama dua hari. Arcanya sudah tersambung menjadi satu,” terangnya.

Jean katakan, karena arcanya terbuat dari batu alam jadi sangat keras. Para purnabakti museum lantas mengebornya dan memasang pen di tengahnya, lalu kemudian mencampurkan bahan-bahan untuk merekatkan patung ini, dan akhirnya bisa ditata dipamerkan di ruang tersebut.

“Selama ini kami menyimpannya saja di gudang, karena dia kan terbelah dua. Peletakannya juga dalam posisi direbahkan, tidak bisa berdiri. Tapi kemarin sudah direparasi dan sudah jadi serta bisa dipamerkan,” ujarnya.

Koleksi-koleksi lain yang dipamerkan, kata Jean,  ada yang dari era masuknya Islam. Ada koleksi-koleksi Al-Qur’an serta miniatur Masjid Mapauwe (masjid tertua di Maluku), serta beberapa koleksi lain juga koleksi debus.

“Lalu kemudian era masuknya agama Kristen, ada miniatur gereja di Desa Hilla, yakni gereja Imanuel. Kami juga punya satu koleksi peninggalan gereja dulu. Geraja pertama di Pulau Ambon, yang dulu itu posisinya di Puskud. Ada kursi gereja satu kursi ukiran,” ucapnya.

Koleksi lainnya kata Jean, yaitu berkaitan dengan masuknya kolonial, berupa senjata-senjata yang data-datanya disesuaikan dengan data-data dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Maluku Utara.

Jean mengaku, di awal rencana pameran ini, dirinya sempat ragu apakah koleksi dari Museum Siwalima sesuai dengan data dari BPCB. Ternyata ketika setelah bagian koleksi berkerja, ada banyak koleksi pendukung dari data-data yang disiapkan oleh BPCB.

“Semua ini semata-mnata karena adanya kerjasama. Jadi ada staf saya dan staf dari BPCB yang bekerja bersama untuk menata ruang pameran ini,” ungkapnya.(PM-05)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button