Aktifkan UKS, Dinkes Ambon Gelar Workshop Lintas Stakeholder di SD Negeri 64
potretmaluku.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ambon, menggelar workshop lintas stakeholder di SD Negeri 64. Workshop ini guna mengaktifkan Unik Kesehatan Sekolah atau UKS dan meningkatkan Bulan Imunisasi Sekolah.
Kegiatan yang digelar pada 10 Maret 2023 ini melibatkan Komite Sekolah, Orang Tua Wali Murid, Guru UKS dan Kesiswaan Rijali, Dinas Kesehatan Kota Ambon serta Dinas Pendidikan.
Workshop tersebut diinisiasi oleh Linkar Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LAPPAN) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Ambon. Mereka juga difasilitasi oleh Unicef Perwakilan Maluku.
Pelaksanaan kegiatan ini didukung pihak Dinas Pendidikan. Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah SD Negeri 64 juga hadir guna mendorong cakupan imunisasi anak di sekolah.
Sebagaimana diketahui, SD Negeri 64 Ambon dipilih sebagai salah satu sekolah percontohan, karena Bulan Imunisasi Anak atau BIAS hanya mencapai 37 persen.
Harapannya, setelah workshop digelar, semua pihak dapat didorong untuk meningkatkan capaian sampai persen, tentu dengan melibatkan pasrtisipasi semua orang Tua Wali Murid, Komite Sekolah, dan Guru.
Kasie P2P, Riki Samson mewakili Kepala Dinas Kesehatan yang membuka kegiatan tersebut mengatakan, selama 2020-2022 banyak hal yang burubah, bahkan tugas guru dinilai sangat berat.
“Anak–anak sekolah menggunakan aplikasi zoom itu pekerjaan sangat sulit, dan susah sekali diatur. Baiknya di tahun ini sekolah bisa kembali normal. Karena terdapat beberapa masalah yang kami hadapi terutama dalam hal kesehatan di sekolah,” ujarnya.
Dia mengatakan, cakupan BIAS 2 tahun terakhir itu nol persen, bahkan masuk ke tahun 2022 juga tidak berjalan maksimal. Olehnya dia berharap, kegiatan yang dilaksanakan tersebut, bisa diterapkan agar capaian imunisasi dan capaian-capaian lainnya seperti UKS, obat cacing, pemeriksaan rutin, gigi dapat tercapai.
“Kami menemukan kasus difteri di Ambon, seperti di Batu Merah. Anaknya meninggal karena terlambat penanganan. Setelah ditelusuri ternyata yang bersangkutan tidak perna diimunisasi samasekali, padahal sudah 12 tahun,” ungkapnya.
Difteri itu ciri-cirinya seperti sariawan. Difteri akan terkunci, jadi tidak bisa bernafas, dan jika dia memaksa untuk membuka mulut, maka darah akan keluar.
“Setelah sosialisasi dan pendekatan, kita bisa imunisais di wilayah tempat tinggalnya, dan ada sekitar 200 lebih orang yang tinggal disana ingin diimunisasi,” katanya.
Dia mengatakan, atas partisipasi pihak sekolah dan guru, orang tua, termasuk tokoh agama, semua anak kemudian bisa diimunisasi. Pemerintah berharap, kegiatan tersebut mendapatkan dukungan, dan sekolah bisa menjadi percontohan dalam pengembangan BIAS untuk sekolah lainnya di Kota Ambon.
Sementara Hanz Lekatompessy mewakili Dinas Pendidikan Kota Ambon menjelaskan, Trias UKS harus diintegrasikan dengan imunisasi BIAS, agar hak kesehatan anak dapat terpenuhi.
Ratima yang juga mewakili Puskesmas Rijali menjelaskan, cakupan BIAS di beberapa sekolah masih di bawah standard nasional. Kendala yang dihadapi pihak Puskesmas, kata dia, lantaran kebanyakan orang tua tidak mengijinkan anak-ananya untuk diimunisasi.
Kepala Sekolah 64 Ambon, Sri Luluk mengatakan, kegiatan yang digelar akan menjadi orientasi dalam sinergitas dengan berbagai pihak, dan ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat bermanfaat.
“Kami akan selalu komunikasi dengan pihak Puskesmas Rijali. Semoga hal yang dilakukan hari ini bisa terwujud. Kami sangat mendukung, berharap pihak orang tua, komite sekolah dapat mendukung, agar BIAS dapat berjalan maksimal dan mencapai semua anak,” pungkasnya mengakhiri. (Pot-M)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi