PendapatMaluku Utara

Ademnya Masjid Kesultanan Bacan

PENDAPAT

Oleh: Suhfi Majid (warga Bogor asal Ambon)


Adem. Itu yang terasa ketika memasuki masjid ini. Terjaga keasliannya, sehingga tak terlihat ‘kemodernan’ sebagaimana masjid di tengah-tengah kota.

Bangunan masjid nampak sederhana. Sentuhan ‘kekinian’ tak terlihat, namun di sinilah letak kesahajaannya.

Masjid Kesultanan Bacan berada di tengah-tengah pemukiman kelurahan/kota Labuha, Kecamatan Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan. Letaknya tak jauh dari bangunan Keraton Sultan Bacan. 100 meter ke arah barat dari Keraton Sultan Bacan. Maka, Masjid Kesultanan Bacan merupakan bagian dari Keraton tersebut.

Cukup luas. Tercatat di prasasti depan masjid, luasnya 100 meter persegi. Bangunan yang terjaga keasliannya cukup unik. Memiliki atap lintasan bersusun dua. Pada kubah limas paling atas terdapat kaligrafi arab di setiap sisinya.

Terdapat pula sebuah bedug berdiameter 1 meter dengan Panjang 1,5 m dan diletakan pada bagian teras sebelah timur Masjid. Di kompleks Masjid terdapat pemakaman kuno keluarga serta kerabat dari Kesultanan Bacan.

Jejak usia masjid cukup tua. Setua sejarah kesultanan. Tahun 1322, awal berdirinya Kesultanan Bacan. Awalnya kerajaan ini berada di Pulau Kasiruta, kemudian berpindah ke Pulau Bacan. Kesultanan Bacan memiliki peranan penting sebagai pemasok bahan–bahan pangan untuk seluruh wilayah Maluku Utara.

Kesultanan Bacan menjadi satu di antara 4 (empat) kesultanan di Maluku Utara yang disebut Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku) yakni Kesultanan Bacan, Kesultanan Jailolo, Kesultanan Tidore, Kesultanan Ternate.

Wilayah pengaruh kesultanan Bacan cukup luas. Wilayah Waigeo, Misool di Propinsi Papu Barat merasakan sentuhan dari pengaruh kesultanan Bacan.

Oleh pemerintah Halsel, selain sebagai tempat untuk aktifitas sholat, Masjid Kesultanan Bacan dijadikan sebagai heritage/warisan, sejarah yang dijaga dan dipelihara.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button