Unpatti Ambon Gelar Seminar Nasional Peran Nilai-nilai Budaya

Sadali mengimbau kepada para seniman, artis, aktivis kebudayaan serta pelaku seni dan budaya di Maluku harus memahami eksistensi dirinya dengan baik, sebagai bagian dari upaya bela negara melalui karsa, karya dan cipta berbagai kreativitas seni dan budaya.
“Sehingga mampu membangun kesadaran nasional, yang tercermin dari sikap dan perilaku setiap warga negara, yang menikmati karya seni dan budaya Indonesia, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan,” terangnya.
Seminar nasional ini, tambah Sadali, diharapkan dapat menggugah dan membangun kesadaran serta memberikan pemahaman kepada kita semua, tentang pentingnya hakikat dan makna dari nilai-nilai prinsip seni dan budaya dalam upaya bela negara.
Selain itu, melalui Seminar ini dapat disusun sebuah draft akademik dalam rangka pembentukan peraturan daerah, tentang ekosistem seni dan budaya di Maluku sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan visi pembangunan profesi Maluku 2019-2024,” tutup Pj. Sekda.
Ditempat yang sama, Rektor Unpatti Ambon M. J. Saptenno menerangkan, seminar tersebut digagas dalam rangka membangun pemahaman tentang apa itu bela negara yang mencakup aspek ideologi politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, hukum dan keamanan maka sebagai civitas akademika termasuk masyarakat pada umumnya, juga kelompok di bidang seni dan budaya, perlu memahami hakikat bela negara.
“Sebab mungkin saja, ada pemahaman di luar bahwa bela negara itu menjadi tanggung jawab dari TNI/Polri saja, padahal bela negara itu adalah suatu kewajiban konstitusional yang harus dilakukan oleh seluruh warga negara dan juga pemerintah, sesuai tugasnya masing-masing,” kata Saptenno.
Menurutnya, sebagai seniman maupun budayawan, mereka juga telah berkiprah di bidangnya masing-masing dan menghasilkan karya-karya besar, mengangkat nama bangsa dan negara di tataran lokal, nasional maupun internasional.
“Yang menjadi persoalan, adalah ketika mereka mencuat ke permukaan, membawa nama negara sebagai wujud membela negara, mereka dipuja. Tetapi ketika mereka tidak lagi populer, mereka menjadi orang-orang yang tidak diperhatikan dan akhirnya hidup tunggal langgang, tidak mempunyai kepastian,” ujarnya.
Pihaknya, lanjut Saptenno, ingin mencoba membangun ekosistem perlindungan pada seniman dan budayawan, supaya ada dasar hukumnya.
“Ujung dari seluruh kegiatan seminar ini, akan lahir satu draft akademik dan juga peraturan daerah provinsi Maluku yang akan menjamin hak-hak seniman dan budayawan di Maluku, dan mungkin itu akan menjadi contoh bagi daerah-daerah lain,” tutup Saptenno.(*/ASH)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi