Maluku

Tahun Depan Tasageoby Group Datangkan Kapal Terbang WIG Craft ke Maluku

potretmaluku.id – Investor asal Australia, PT. Tasageoby Group yang akan berinvestasi di Maluku dengan pilot project di Negeri Sawai, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, berencana pertengahan 2022 akan membawa satu unit kapal terbang berteknologi Wing In Ground (WIG) Effect atau WIG Craft ke Maluku untuk trial.

“Kami akan mendatangkan satu unit WIG Craft di Maluku untuk uji coba atau demonstrasi, yang dimaksudkan juga demi kepentingan assesment dari Kementerian Perhubungan RI, untuk finalisasi regulasi WIG di Indonesia,” ujar Managing Director PT Tasageoby Group Maani Tuasikal, kepada media ini, Rabu (27/10/2021).

Menurut Maani, hal tersebut juga dia sampaikan saat pertemuan antara pihak perusahaan yang diwakili dirinya, CEO PT Tasageoby Stuart Janes, Commercial Director Arfiah Janes dan Information and Communication Director Zairin Salampessy dengan masyarakat Negeri Sawai, Selasa malam (26/10/2021).

Dia katakan, pihaknya berkonsultasi dengan Divisi Keselamatan Maritim Indonesia, untuk menghasilkan regulasi bagi pengoperasian WIG Craft di perairan Indonesia.

“Dalam konsultasi dengan pemerintah daerah kami diminta untuk membantu pengembangan aerodrome air di wilayah Maluku. Namun di awal nanti, kami akan memulai dengan wilayah Negeri Sawai sebagai pilot project pengembangan pariwisata, yang tentunya akan didukung oleh sarana transportasi ini,” terangnya.

Menyinggung soal pengembangan pariwisata, Maani menyebutkan, pihaknya sudah memaparkan Rencana Induk Pariwisata Sawai secara terbuka serta transparan, kepada masyarakat Negeri Sawai dan mendapatkan tanggapan positif.

“Sesuai dengan visi kami memberdayakan masyarakat setempat untuk kehidupan yang lebih baik, maka kami akan memastikan setiap proyek yang kami bangun, akan bermanfaat bagi semua anggota masyarakat,” tandas Maani.

Karena itu, PT Tasageoby Grup dengan, lanjut Maani, akan memastikan pelibatan masyarakat setempat dalam semua pengembangan dan kesempatan kerja.

Sementara itu, akademisi Universitas Pattimura Ambon Renold Papilaya dari salah unsur pentahelix pariwisata yang ikut diajak mendiskusikan Rencana Induk Pariwisata Sawai, mengaku sangat mengapresiasi keinginan PT Tasageoby Group berinvestasi di Maluku.

WhatsApp Image 2021 10 27 at 20.21.35 1
Foto bersama usai pertemuan pihak PT Tasageoby Group dengan pihak akademisi dari Universitas Pattimura Ambon.(Foto: Dok. Tasageoby)

“Melihat arah perusahaan itu, saya senang sekali. Karena arahnya itu kan ke ekowisata bahari. Jadi dari semua pemaparan terkait rencana pengembangan objek di sana wisata itu ternyata memang CEO-nya arahnya memang bahari,” ungkapnya.

Menurut Renold, apa yang dipaparkan pihak Tasageoby, dengan pihaknya selaku akademisi itu sama dan sejalan.

“Karena kalau pengusaha sudah berpikir ke situ, lalu kalau pemerintah tidak mendukung, akademisi tidak mendukung juga, ya kita hanya akan berjalan di tempat,” tandasnya.

Jadi kalau mau Maluku progresnya cepat, kata Renold, unsur pentahex dengan rumusan ABCGM yakni Academician, Business, Community, Government, Media, harus saling mendukung.

Menurut Renold, dia dan beberapa akademisi dari Unpatti sudah diundang untuk diskusi, dan pihaknya sudah juga memberikan masukan kepada PT Tasageoby Group.

Renold katakan, pihaknya terbiasa dalam program-program penguatan kapasitas masyarakat. Jadi kalau kemudian ada upaya-upaya penguatan masyarakat, karena itu mungkin perusahaan bisa menggandeng akademisi untuk sama-sama membantu.

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Negeri Sawai ini, juga mendapat tanggapan positif dari Ali Letahiit, salah satu pelaku pariwisata di Negeri Sawai, pemilik homestay Lisar Bahari yang sangat populer di kalangan pelancong mancanegara maupun domestik.

“Selaku pengelola pariwisata, mungkin untuk Maluku Tengah saya urutan kedua setelah Almarhum Des Alwi. Dengan program yang dipaparkan PT Tasageoby Group ini, saya sama sekali tidak keberatan. Kata terakhir saya tadi malam [saat pertemuan perusahaan dengan masyarakat], saya nyatakan ini harga mati. Artinya tidak ada yang ganggu gugat lagi, perusahaan harus jalan di Negeri Sawai,” tandas Ali.

Menurut Ali, selama ini yang dilihatnya di Lombok, Denpasar dan kunjungan terakhirnya ke Nusa Penida dan Pandawa. Ternyata semua bisa jalan bagus apabila ada investor besar yang masuk dan menggandeng pelaku pariwisata setempat seperti yang akan dilakukan PT Tasageoby Group nantinya.

“Ibarat ikan. Tidak mungkin ikan kecil itu habis dimakan ikan besar. Kalau ikan kecil habis, berarti ikan besar juga mati. Maka harus bersama-sama bergandengan tangan. Itulah yang saya selaku pelaku pariwisata inginkan,” tuturnya.

Menyinggung tentang kekhawatiran janji PT Tasageoby Group akan seperti janji-janji manis sejumlah perusahaan sebelumnya, yang tidak memberikan dampak positif kepada masyarakat, Ali sangat yakin perusahaan ini tidak akan seperti itu.

“Beda dengan perusahaan lain sebelumnya itu. Dua pimpinan perusahaan ini terhitung anak daerah. Bapak mereka lahir dan besar di sini. Mereka juga orang, dan merasakan apa yang dirasakan masyarakat di sini,” tegas Ali.

Menurut dia, masyarakat justru sudah tidak sabar menunggu-nunggu perusahaan mulai beroperasi di Negeri Sawai.

“Masyarakat berharap secepatnya bisa masuk. Mereka malah takut kalau masih lama, jangan sampai perusahaan ini pindah ke temat lain,” pungkas Ali.(TIA)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button