Puisi

Tagalaya*

PUISI

Ketika kerja berlabuh, rindu menyeruak, menuju pelabuhan,

Menggenggam secarik karcis, adakah bisa daku berlayar? tanyanya,

Pak polisi menaikkan bahu, kelasi manggeleng kepala, mereka tak mengenali lagi karcis rindu,

Rindu termangu, tak tau cara meyakinkan

Dia dikerumuni banyak kepala, melongok isi tangannya

Dia menyusut, beringsut memeluk yang dijaga

Memastikan buah pinang dan pala masih beraroma pada celah tagalaya

Cukuplah baginya tatkala wangi itu  masih genap

Sesudah itu, rindu menggigil, menunduk dalam,

Aku ingin pulang ke sedikit hati yang sedang menungguiku, bisakah?

Rindu mengerjap, suaranya tercekat sunyi..

Makassar, 27 Agustus 2021

 

Penulis: Faidah Azuz Sialana (Sosiolog, alumnus Unpatti, bekerja sebagai dosen di Universitas Bosowa – Makassar)

*tagalaya = keranjang dari rotan tempat menyimpan bahan makanan atau kerang saat pasang surut


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button