Ketika kerja berlabuh, rindu menyeruak, menuju pelabuhan,
Menggenggam secarik karcis, adakah bisa daku berlayar? tanyanya,
Pak polisi menaikkan bahu, kelasi manggeleng kepala, mereka tak mengenali lagi karcis rindu,
Rindu termangu, tak tau cara meyakinkan
Dia dikerumuni banyak kepala, melongok isi tangannya
Dia menyusut, beringsut memeluk yang dijaga
Memastikan buah pinang dan pala masih beraroma pada celah tagalaya
Cukuplah baginya tatkala wangi itu masih genap
Sesudah itu, rindu menggigil, menunduk dalam,
Aku ingin pulang ke sedikit hati yang sedang menungguiku, bisakah?
Rindu mengerjap, suaranya tercekat sunyi..
Makassar, 27 Agustus 2021
Penulis: Faidah Azuz Sialana (Sosiolog, alumnus Unpatti, bekerja sebagai dosen di Universitas Bosowa – Makassar)
*tagalaya = keranjang dari rotan tempat menyimpan bahan makanan atau kerang saat pasang surut
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi