Program BPBL Jawab Ketergantungan Paskalina dan Agustina Akan Listrik Mandiri
potretmaluku.id, – Siang itu dua orang wanita tampak sibuk di rumah masing-masing yang letaknya tidak berjauhan. Matahari bersinar sangat terik pada Kamis 21 November 2024. Sesekali keduanya menyeka keringat yang membasahi wajah sambil menunggu di depan rumah berdinding papan milik mereka.
Senyum simpul terlihat dari wajah Paskalina Nohi (27 tahun) dan Agustina Wutres (37 tahun), warga Kelurahan Haruru, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.
Keduanya sedang menunggu beberapa tamu penting dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Komisi VII DPR RI dan juga pimpinan PLN yang akan berkunjung ke rumah mereka.
Wajah kedua ibu muda itu tampak sumringah saat bertemu dan berpelukan Mercy Chriesty Barends, Anggota Komisi VII DPR RI sebagai salah satu tamu spesial yang ditunggu siang itu.
Kehadiran tamu-tamu istimewa itu di Kelurahan Haruru dalam rangka sosialisasi sekaligus penyalaan pertama listrik di rumah Paskalina Nohi dan Agustina. Secara kebetulan mereka berdua merupakan bagian dari 3.300 rumat tangga kurang mampu yang berbahagia bisa menikmati pasokan listrik secara mandiri melalui Program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) tahun 2024.
Program BPBL yang digelontorkan Kementerian ESDM bersama Komisi VII DPR RI sejak tahun 2022, menjadi angin segar dan solusi listrik mandiri bagi banyak warga di Maluku Tengah.
Program ini dirancang untuk membantu masyarakat yang belum memiliki akses listrik mandiri, memberikan mereka kesempatan untuk menikmati fasilitas listrik secara gratis. Dalam kehidupan sehari-hari, kehadiran listrik bukan hanya sekadar kebutuhan tetapi juga menjadi salah satu penunjang kualitas hidup.
Paskalina Nohi dan Agustina Wutres menjadi contoh nyata bagaimana BPBL membawa perubahan signifikan. Paskalina dan Agustina yang sebelumnya bergantung pada listrik yang disalurkan dari tetangga, kini dapat menikmati fasilitas listrik mandiri untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.
Listrik Gratis untuk Kemandirian
Bagi Paskalina Nohi, sebagai seorang ibu muda, listrik merupakan kebutuhan utama bagi keluarganya. Sebelum bantuan dari program ini tiba, Paskalina harus bergantung pada listrik yang disalurkan dari tetangga.
Namun, situasi tersebut membawa berbagai tantangan, mulai dari pembatasan penggunaan–hanya dua hingga tiga mata lampu–hingga ketergantungan yang dirasakan setiap hari.
Jika harus memasang baru, mereka harus membayar Rp2 juta hingga Rp3 juta untuk pasang baru, termasuk instalasi, meter dan sertivikasinya.
Setelah mendapatkan bantuan BPBL, ia merasa lebih mandiri dan nyaman. Aliran listrik dapat dinikmati selama 24 jam. Kini, listrik yang diterimanya digunakan untuk penerangan rumah serta kebutuhan perangkat elektronik seperti dispenser.
“Senang sekali karena sudah kasih listrik gratis untuk memenuhi kebutuhan beta dan keluarga,” ungkapnya dengan penuh kebahagiaan.
Kemandirian ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidupnya, tetapi juga memberikan rasa aman dan bebas dari kekhawatiran terkait keterbatasan akses listrik. Kini Paskalina Nohi dan keluarga kecilnya sudah bisa menikmati pasokan listrik mandiri berdaya 900 Volt Ampere (VA), tanpa perlu khawatir akan kekurangan daya listrik.
Dari Ketergantungan ke Kemandirian Listrik
Selain Paskalina, pengalaman serupa juga dirasakan oleh Agustina Wutres, ibu rumah tangga berusia 37 tahun yang tinggal di Haruru. Sebelum adanya program BPBL, Agustina harus mengambil listrik dari rumah tetangganya untuk berbagai kebutuhan. Ini menjadi kendala tersendiri, terutama ketika ia membutuhkan lebih banyak daya untuk kebutuhan rumah tangga seperti televisi, rice cooker, dan dispenser.
Kini, setelah bantuan BPBL tiba, Agustina merasa hidupnya lebih mudah. Ia tidak lagi perlu bergantung pada orang lain dan dapat menggunakan listrik sesuai kebutuhannya tanpa batasan.
“Terima kasih Pemerintah atas bantuannya, saya terima dengan senang hati, bisa pakai sepuas-puasnya,” ujarnya penuh rasa syukur.
Program BPBL yang telah digelontorkan sejak tahun 2022 bermanfaat adalah mengurangi ketergantungan dan meningkatkan kualitas hidup keluarga kurang mampu. Program BPBL hadir sebagai jawaban atas tantangan akses listrik di berbagai daerah terpencil di Indonesia, termasuk Maluku Tengah. Tidak hanya memberikan fasilitas listrik gratis, program ini juga dirancang untuk mendorong kemandirian masyarakat.
Manfaat utama program ini mencakup Kemandirian Energi: Warga yang sebelumnya bergantung pada tetangga kini memiliki akses listrik sendiri. Kenyamanan: Penerima manfaat dapat menggunakan listrik untuk berbagai kebutuhan rumah tangga tanpa batasan. Penghematan Biaya: Listrik gratis ini membantu mengurangi beban pengeluaran bulanan. Peningkatan Kualitas Hidup: Dengan akses listrik, penerima manfaat dapat menikmati perangkat elektronik seperti televisi, dispenser, atau rice cooker yang memudahkan aktivitas sehari-hari.
Melalui program BPBL, pemerintah berkomitmen untuk memastikan setiap warga negara memiliki akses terhadap kebutuhan dasar, termasuk listrik. Program ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan akses energi di daerah-daerah yang sulit dijangkau terutama di daerah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal), sekaligus mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Kisah Paskalina dan Agustina hanyalah sebagian kecil dari ribuan penerima manfaat yang telah merasakan dampak positif program ini. Program BPBL tidak hanya memberikan listrik, tetapi juga harapan baru bagi masyarakat untuk hidup lebih baik.
Program BPBL merupakan langkah nyata pemerintah dalam memberikan akses listrik kepada masyarakat yang membutuhkan. Dengan adanya program ini, warga seperti Paskalina Nohi dan Agustina Wutres kini dapat menikmati listrik tanpa bergantung pada tetangga, sekaligus merasakan manfaat nyata dari kemandirian energi.
Program ini menunjukkan bahwa dengan komitmen yang kuat, pemerataan akses listrik dapat terwujud, membawa perubahan positif bagi kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di daerah terpencil. (JAY)
IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DIĀ GOOGLE NEWS
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi